JAKARTA - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) berpotensi berbalik arah, hari ini (6/9), dari penutupan pada akhir pekan lalu. Investor akan mencerna laporan pekerjaan AS yang jauh lebih lemah dari ekspektasi pasar sehingga membuat bursa global berpotensi melemah yang kemungkinan juga berpengaruh terhadap pasar modal dalam negeri.

Data penggajian (payrolls) nonpertanian AS meningkat 235.000 pada Agustus, jauh di bawah perkiraan 728.000 pekerjaan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 5,2 persen dari 5,4 persen di bulan sebelumnya. Laporan pekerjaan AS itu kemungkinan akan membuat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) tidak bergerak dalam mengurangi langkah-langkah stimulus besar-besarannya.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (3/9) sore, ditutup menguat mengikuti kenaikan bursa saham global. IHSG ditutup menguat 48,69 poin atau 0,8 persen ke posisi 6.126,92. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 11,06 poin atau 1,28 persen ke posisi 873,92.

"Untuk hari ini penguatan IHSG sejalan dengan pergerakan bursa global yang cenderung menguat seiring rilis data ekonomi AS yang cenderung membaik, ditambah menguatnya pergerakan harga komoditas," kata pengamat pasar modal, Herditya Wicaksana dalam kajiannya di Jakarta.

Dibuka menguat, tak lama IHSG melemah namun naik kembali ke zona hijau jelang penutupan sesi pertama perdagangan. Pada sesi kedua IHSG betah berada di teritori positif hingga penutupan bursa saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor meningkat dimana sektor perindustrian naik paling tinggi yaitu 2,11 persen, diikuti sektor energi dan sektor kesehatan masing-masing 1,91 persen dan 1,17 persen. Sedangkan dua sektor meningkat yaitu sektor transportasi & logistik dan sektor teknologi masing-masing sebesar 0,62 persen dan 0,59 persen.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing atau net foreign buy sebesar 207,78 miliar rupiah.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.323.332 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 20,5 miliar lembar saham senilai Rp10,07 triliun. Sebanyak 240 saham naik, 238 saham menurun, dan 164 tidak bergerak nilainya.

Baca Juga: