TOKYO - Pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, Tokyo Electric Power Company (Tepco), pada Selasa (16/1), mengatakan akan memulai pelepasan keempat air limbah olahan dari fasilitas yang rusak karena tsunami tersebut pada akhir Februari. Langkah itu merupakan bagian dari pelepasan limbah secara bertahap dimulai pada Agustus 2023.

Dikutip dari The Straits Times, Jepang mengatakan upaya ini merupakan langkah penting dalam menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang dilanda gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011, menjadi bencana nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl.

Tiongkok dan Russia telah melarang impor makanan laut dari Jepang karena masalah keamanan yang menurut Tokyo tidak dapat dibenarkan secara ilmiah.

"Pada pelepasan keempat, sekitar 7.800 meter kubik air yang telah diolah akan dibuang ke Samudera Pasifik, serupa dengan tiga pembuangan sebelumnya," kata Junichi Matsumoto, pejabat Tepco yang mengawasi operasi tersebut kepada media.

"Sebagai bagian dari rencana pelepasan air selama puluhan tahun, pelepasan air kelima dan keenam akan dilakukan pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2025," tambahnya.

Jepang mengatakan air itu diolah untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif, kecuali tritium, sebuah isotop hidrogen yang harus diencerkan karena sulit untuk disaring.

"Kadar tritium di perairan sekitar sejak pembuangan awal telah memenuhi standar yang telah ditentukan dan berada di bawah pedoman kualitas air minum Organisasi Kesehatan Dunia," kata Matsumoto.

Bauran Energi

Setelah awalnya menghentikan semua reaktor nuklir setelah bencana Fukushima pada tahun 2011, Jepang secara bertahap mulai mengembalikan tenaga nuklir ke dalam bauran energinya seiring dengan upayanya mengurangi jejak karbon dan mengurangi impor bahan bakar fosil.

Namun, gempa bumi dahsyat yang melanda Prefektur Ishikawa di Jepang pada Hari Tahun Baru menyebabkan tumpahan air dari kolam bahan bakar nuklir bekas dan kebocoran minyak di pembangkit listrik tenaga nuklir Shika yang tidak beroperasi di wilayah tersebut, sehingga memicu kekhawatiran baru akan keselamatan.

Akira Ono, kepala dekomisioning Tepco, mengatakan pada pengarahan yang sama pada 16 Januari bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir Kashiwazaki-Kariwa, yang terbesar di dunia, tidak melihat adanya "kerusakan spesifik" selama gempa bumi tanggal 1 Januari, yang juga berdampak pada Prefektur Niigata di mana pabrik itu berada.

Otoritas Regulasi Nuklir Jepang mencabut larangan operasional pembangkit listrik tenaga nuklir Kashiwazaki-Kariwa hanya beberapa hari sebelum gempa baru-baru ini terjadi, namun waktu pengoperasiannya kembali tidak diketahui.

Baca Juga: