JAKARTA - Pemerintah terus mengantisipasi dan memitigasi berbagai dinamika perekonomian global yang berpotensi memengaruhi kinerja permintaan ekspor Indonesia. Terlebih lagi, risiko pelemahan ekspor itu terjadi di tengah mulai melambatnya ekspansi sektor manufaktur di beberapa negara mitra dagang utama pada Oktober 2022.

"Kita melihat meningkatnya risiko dan ketidakpastian prospek ekonomi global serta tren penurunan harga komoditas yang mengikutinya," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, di Jakarta, Rabu (16/11).

Ke depan, lanjut dia, pemerintah akan terus mendorong berbagai upaya diversifikasi ekspor, baik dari sisi pasar dan produk, penguatan strategi hilirisasi, serta mendorong optimalisasi pemanfaatan berbagai fasilitas perpajakan dan kepabeanan, seperti Kawasan Berikat dan Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KB dan KITE).

Kemenkeu melaporkan ekspor Indonesia terus melanjutkan kinerja positif. Pada Oktober 2022, ekspor tercatat 24,81 miliar dollar AS atau tumbuh sebesar 12,3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (yoy). Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh komoditas unggulan seperti produk sawit, bahan bakar mineral, dan besi baja.

Dibandingkan bulan sebelumnya atau secara bulanan (mtm), ekspor tumbuh sebesar 0,13 persen sehingga secara kumulatif Januari-Oktober 2022 menjadi 244,14 miliar dollar AS atau naik 30,97 persen (yoy).

"Kinerja ekspor yang tetap meningkat ini juga didukung oleh permintaan dari negara mitra dagang dengan kinerja ekonomi yang masih kuat, terutama India yang masih mencatatkan PMI Manufaktur ekspansif," jelasnya.

Ekspor nonmigas secara kumulatif Januari-Oktober 2022 masih mencatatkan pertumbuhan sangat tinggi sebesar 30,61 persen (ytd). Sementara itu, pada periode sama, pertumbuhan ekspor migas mencapai 37,4 persen (yoy).

Masih kuatnya kinerja ekspor pada Oktober 2022 mendorong neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus 5,67 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan surplus pada September 2022 sebesar 4,97 miliar dollar AS. Capaian ini melanjutkan tren surplus neraca perdagangan yang telah terjadi selama 30 bulan berturut-turut.

Nilai Tambah

Dihubungi terpisah, Ekonom Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, meminta pemerintah memanfaatkan momentum kepercayaan global terhadap RI menjadi penyelenggara event besar termasuk KTT G20.

"Pemerintah harus memanfaatkan momentum ini dengan meningkatkan bergaining position-nya. Caranya mendorong hilirisasi agar yang diekspor tidak lagi barang mentah, tetapi dalam bentuk jadi, sehingga nilai tambahnya juga bisa didapat," pungkasnya.

Baca Juga: