JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah awal pekan ini, menyusul potensi penguatan lanjutan dollar AS. Setelah data inflasi, pelaku pasar menanti laporan pertumbuhan ekonomi AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan koreksi lanjutan rupiah yang sejalan dengan perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi AS. Josua memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (23/10), melemah ke kisaran level 15.850-15.950 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam penutupan perdagangan, Jumat (20/10), ditutup melemah sebesar 58 poin atau 0,36 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.873 rupiah per dollar AS.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra melihat rupiah melemah terhadap dollar AS karena indikasi kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS.

"Semalam, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell memberikan sinyal bahwa kebijakan suku bunga tinggi masih diperlukan untuk menurunkan inflasi AS ke level 2 persen. Tapi, Powell juga memberikan indikasi bahwa The Fed tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan lagi karena tingkat imbal hasil obligasi yang tinggi di AS sudah membantu meredam inflasi," ucapnya.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini relatif lebih baik dibandingkan mata uang sejumlah negara lain di kawasan Asia dan global.

"Namun, bagi masyarakat pelemahan mata uang Rupiah yang terus menerus akan berdampak terhadap kenaikan harga-harga, salah satunya harga komoditas dan akan berpengaruh terhadap menurunnya daya beli sehingga konsumsi masyarakat akan menurun," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat pekan lalu.

Baca Juga: