BI memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan pada 2018 sekitar 3,0 persen terhadap PDB, melampaui estimasi awal sebesar 2,5 persen dan capaian tahun lalu sebesar 1,7 persen.

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menaikkan proyeksi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) tahun ini seiring memburuknya neraca perdagangan pada November lalu karena terdampak peran dagang. Jika tensi perang dagang kian meningkat ke depan, dikhawatirkan CAD semakin membengkak.


Bank sentral memperkirakan CAD pada triwulan IV- 2018 akan di atas tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Capaian tersebut akan membuat CAD berada di kisaran tiga persen terhadap PDB pada 2018, hampir dua kali lipat dibandingkan capaian pada tahun sebelumnya sebesar 1,7 persen.


Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan prediksi BI pada pertengahan tahun ini sebesar 2,5 persen. Tak hanya itu, proyeksi tersebut jauh di atas perkiraan CAD yang disampaikan Bank Pembangunan Asia (ADB) beberapa waktu lalu sebesar 2,6 persen.


Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan memburuknya defisit neraca perdagangan pada November lalu sebesar 2,05 miliar dollar AS menjadi penyebab utamanya.

"Jadi jangan terlalu kaget, jika defisit transaksi berjalan di akhir kuartal IV 2018 di atas tiga persen PDB," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam jumpa pers Rapat Dewan Gubernur periode November 2018, di Jakarta, Kamis (20/12).


Defisit transaksi berjalan (CAD) merupakan parameter fundamental ekonomi domestik yang merekam arus perdagangan barang dan jasa dari Indonesia ke mancanegara.

Karena itu, CAD juga mencerminkan arus devisa yang masuk dan keluar Indonesia sehingga akan mempengaruhi transaksi nilai tukar rupiah.


Meskipun CAD defisit, Perry melihat impor yang menjadi penyebab defisit CAD, masih didominasi barang modal dan bahan baku yang akan melahirkan kegiatan ekonomi produktif jangka panjang. Perry menyebut kondisi CAD saat ini masih aman.


"Apalagi kompoisisi impornya adalah produktif. Sebagaian untuk impornya adalah untuk barang modal dan bahan baku. Oleh karena itu dalam jangka pendek ini, kita berupaya menurunkan CAD ke arah 2,5 persen dari PDB untuk 2019," kata Perry.


Meskipun CAD defisit cukup besar, Perry meyakini secara keseluruhan neraca pembayaran 2018 akan surplus karena derasnya aliran modal asing masuk.

Untuk November 2018 saja, modal asing ke domestik sebesar 7,9 miliar dollar AS. Investasi itu yang mengkompensasi defisit transaksi berjalan sehingga neraca pembayaran diperkirakan tetap surplus.


Perang Dagang


Sebelumnya, ADB memperingatkan CAD Indonesia masih berpotensi memburuk ke depan. Hal itu dikarenakan masih adanya tekanan perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) sehingga bisa mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia.


"Susah memprediksi bagaimana akan berakhirnya ketegangan di perdagangan ini," kata Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Winfried Wicklein, beberapa waktu lalu.


Sementara itu, Ekonom Senior Standard Chartered Bank, Aldian Taloputra, menilai tekanan terhadap CAD masih tetap berlangsung ke depan. Kondisi tersebut akan mendorong BI menaikkan kembali bunga acuannya tahun depan.


"Untuk tahun depan, kami melihat BI menaikan suku bunganya total 50 basis poin (bps), dengan pertimbangan proses adjustment dari neraca transaksi berjalan yang lebih lambat dari yang diperkirakan. Hal itu terlihat dari masih cukup besarnya defisit perdagangan pada November lalu," jelasnya. mad/Ant/E-10

Baca Juga: