JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melanjutkan pelemahannya, hari ini (6/9). Selain peningkatan spekulasi hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi diperkirakan menjadi katalis dalam pelemahan rupiah.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam dalam riset harian, Senin (5/9), menilai kenaikan harga BBM bersubsidi akan menjadi salah satu penggerak utama di pasar finansial Indonesia. Sebab, penyesuaian tersebut dapat memacu inflasi nasional sehingga berdampak terhadap pelemahan daya beli masyarakat.

Menurutnya, keputusan tersebut akan menghilangkan kebijakan menggantung yang membuat orang asing enggan membeli aset dalam rupiah. Karena itu, dia memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Selasa (6/9), dibuka fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang 14.880-14.930 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup melemah seiring pelaku pasar yang mencerna data tenaga kerja di AS. Rupiah ditutup melemah 11 poin atau 0,08 persen dari akhir pekan lalu menjadi 14.907 rupiah per dollar AS.

"Dollar AS naik setelah pasar selesai mencerna laporan tenaga kerja AS pada hari Jumat malam," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta.

Laporan pekerjaan AS menunjukkan ada penambahan 315.000 pekerjaan pada Agustus, atau sesuai estimasi konsensus dengan tingkat pengangguran naik menjadi 3,7 persen (yoy) atau di atas estimasi.

Baca Juga: