JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melanjutkan pelemahannya menjelang akhir pekan ini. Pergerakan rupiah diperkirakan didominasi sentimen eksternal.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, memperkirakan pelaku pasar akan memperhatikan laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS). Seperti halnya inflasi, data ketenagakerjaan menjadi pertimbangan bank sentral setempat (The Fed) menentukan arah kebijakan moneternya.

Karena itu, Sutopo memperkirakan pergerakan rupiah cenderung berkonsolidasi pada akhir pekan ini. Dia memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (6/1), bergerak di kisaran 15.550-15.650 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (5/1) sore, ditutup turun, dipicu Tiongkok yang mencabut larangan impor batu bara dari Australia. Rupiah ditutup melemah 34 poin atau 0,22 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.617 rupiah per dollar AS.

"Rupiah kembali tertekan oleh sentimen risk off domestik dengan terjadi sell off di bursa, bertolak belakang dengan bursa lainnya di Asia yang hampir semua positif," kata Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta.

Risk off adalah kondisi di mana investor lebih cenderung untuk menghindari risiko. Sebaliknya risk on adalah kondisi di mana pelaku pasar memilih untuk mengambil risiko.

Menurut Lukman, rencana Tiongkok untuk mengakhiri larangan impor batu bara dari Australia berpotensi menurunkan pendapatan ekspor Indonesia.

Baca Juga: