JAKARTA - Para pelajar sekolah dasar Jakarta diajak peduli terhadap budaya Indonesia dengan cara memberikan edukasi tentang kain tradisional atau wastra. "Kami ajarkan kepada anak-anak sekolah cara membedakan yang mendasar seperti batik tulis dan batik cap," kata Ketua Wastra Indonesia,Bhimanto Suwastoyo Bhima.

Dia mengatakan ini dalam acara seminar "Ragam Aplikasi dalam Wastra" di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis (21/9). Proses edukasi tentang kain tradisional mencakup berbagai aspek,seperti teknik pewarnaan kain, pembuatan jumputan yang rumit, serta seni membatik.

"Selama ini,antusiasme anak-anak terhadap kain tradisional sangat tinggi," kata Bhima.
Dia menjelaskan bahwa program edukasi tersebut baru diterapkan di Jakarta. Ke depan,program ini akan diperluas ke luar Jakarta. Menurut Bhima, edukasi anak-anak tentang proses membuat kain tradisional akan efektif untuk membangun ekosistem budaya wastra sejak kecil.

Bhima menjelaskan bahwa penanaman budaya wastra sejak usia dini merupakan sebuah investasi sangat penting untuk membentuk dan melestarikan warisan budaya Indonesia bagi generasi mendatang. "Hal ini tidak hanya akan menjaga tradisi, tetapi juga menginspirasi kreativitas dan apresiasi terhadap seni kain tradisional," ujar Bhima.

Wastra Indonesia terus mempromosikan kain tradisional sebagai warisan budaya kepada berbagai kalangan. Salah satunya dengan memanfaatkan momentum pameran Puspa Ragam Matra Nir Tenun hingga 30 September. Melalui pameran tersebut,dia menunjukkan bahwa kain wastra Indonesia bisa digunakan dalam berbagai konteks, tidak hanya di museum, tetapi juga untuk peralatan rumah, dekorasi, bahkan mainan.

Baca Juga: