SEOUL - Korea Utara memperingati ulang tahun berdirinya negara itu dengan parade yang dihadiri pemimpin Kim Jong Un serta diplomat Rusia dan delegasi tingkat tinggi Tiongkok, kata media pemerintah KCNA, Sabtu (9/9).

Acara hari Jumat tersebut menampilkan "pasukan paramiliter" Pyongyang, kata media pemerintah, bukan tentara angkatan bersenjata reguler. Acara tersebut tampaknya tidak menampilkan persenjataan terlarang seperti rudal balistik antarbenua.

Gambar di media pemerintah menunjukkan brigade paramiliter berseragam, termasuk beberapa yang mengendarai traktor atau truk besar berwarna merah, sementara Kim diapit putrinya yang masih kecil tampak tersenyum dan bertepuk tangan.

Lapangan Kim Il Sung "penuh kegembiraan para penonton yang merayakan ulang tahun negara besar mereka", lapor KCNA.

"Semua peserta memberikan penghormatan tertinggi dan terima kasih yang terhangat kepada Kim Jong Un, patriot tiada tara dan komandan berkemauan keras yang selalu menang," lapor KCNA.

Kim bertemu dengan delegasi Tiongkok yang dipimpin wakil perdana menteri Dewan Negara Liu Guozhong, kunjungan kedua pejabat tinggi Beijing dalam enam minggu, ketika Pyongyang menunjukkan tanda-tanda pelonggaran kontrol perbatasan yang ketat pasca Covid.

Kedua belah pihak mengumumkan tujuan mereka untuk "lebih mengintensifkan koordinasi dan kerja sama multi-aspek" antara kedua negara, menurut laporan terpisah KCNA.

Para diplomat Rusia juga menghadiri acara tersebut, begitu juga kelompok nyanyian dan tarian militer Rusia tiba di Pyongyang untuk mengikuti acara tersebut, KCNA melaporkan.

Moskow memperluas kehadiran resminya di Korea Utara sesaat sebelum parade. Kedubes Rusia di Pyongyang mengatakan telah diizinkan membawa 20 staf diplomatik dan teknis - rotasi personel yang pertama sejak 2019.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pesan kepada Kim untuk memperingati ulang tahun tersebut, kata KCNA pada Sabtu. Ia menyerukan kedua negara "memperluas hubungan bilateral dalam segala hal".

Menurut media pemerintah Tiongkok, Presiden Xi Jinping "menyampaikan ucapan selamat melalui telepon kepada Kim Jong Un" pada peringatan tersebut.

Perang Dingin Baru?

Acara hari Jumat ini adalah parade ketiga Korea Utara pada tahun ini.

Yang terakhir - sebuah parade militer yang menampilkan persenjataan paling canggih di negara itu - diadakan pada akhir Juli untuk memperingati gencatan senjata yang mengakhiri permusuhan dalam Perang Korea 1950-1953.

Kunjungan Tiongkok dan Rusia terjadi ketika spekulasi meningkat bahwa Kim - yang jarang meninggalkan negaranya dan tidak melakukan perjalanan sejak pandemi Covid - akan bertemu Putin untuk membahas kesepakatan senjata.

Para pejabat AS dan pejabat lainnya mengatakan kepada The New York Times, Kim kemungkinan akan berangkat dengan kereta lapis baja akhir bulan ini ke Vladivostok, di pantai Pasifik Rusia tidak jauh dari Korea Utara, untuk bertemu Putin.

"Terlepas dari apakah pertemuan puncak Putin-Kim akan segera diadakan atau tidak, Amerika Serikat berupaya mencegah pelanggaran serius terhadap hukum internasional dengan terlebih dahulu merilis informasi intelijen," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.

Meningkatnya kerja sama antara Tiongkok, Rusia dan Korea Utara, ditambah dengan absennya Xi pada KTT G20 di India, "memberikan kesan adanya kesenjangan yang semakin besar dalam lanskap geopolitik Asia", katanya.

"Sebagian besar pemangku kepentingan di kawasan ini ingin menghindari Perang Dingin yang baru, namun hal ini tampaknya semakin sulit karena Beijing dan Moskow mendukung Pyongyang dan Korea Utara menyelaraskan diri dengan tantangan Tiongkok dan Rusia terhadap tatanan internasional."

Namun, ia menambahkan: "Kesepakatan senjata besar antara Rusia dan Korea Utara, yang melanggar sejumlah sanksi internasional, seharusnya membuat Beijing khawatir."

Parade tersebut dilakukan dua hari setelah Pyongyang meluncurkan "kapal selam serang nuklir taktis" pertamanya. Kim menyatakan kapal tersebut merupakan bagian dari "dorongan kemajuan persenjataan nuklir Angkatan Laut", meskipun militer Korea Selatan mengatakan kapal tersebut mungkin tidak beroperasi.

Korea Utara telah melakukan sejumlah uji coba senjata pada tahun ini. Bulan lalu gagal dalam upaya kedua menempatkan satelit mata-mata ke orbit.

Korea Selatan dan Amerika Serikat telah meningkatkan kerja sama keamanan sebagai tanggapannya.

Baca Juga: