SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel), Moon Jae-in, dan jajaran menterinya sepakat mengembalikan 30 persen gaji untuk mengatasi wabah virus korona. Kabar itu disampaikan Kantor Sekretariat Perdana Menteri, setelah anggota kabinet menggelar pertemuan darurat yang dipimpin PM Chung Sye-kyun. Dalam pertemuan di Kompleks Pemerintah di Seoul, Sabtu (21/3) itu, Presiden dan menteri Korsel bakal mengembalikan 30 persen gaji selama empat bulan.

Dilansir Korea Times, Minggu (22/3), Kementerian Keuangan bakal memakai dana itu untuk meningkatkan upaya karantina dan membantu warga yang terdampak secara ekonomi. Selain Presiden Moon dan PM Chung, langkah itu bakal diikuti oleh pejabat negara setingkat menteri dan wakil menteri hingga Juni.

"Mereka sepakat bahwa pemotongan sebagian pendapatan ini sebagai bentuk berbagi penderitaan dengan warga," ujar sekretariat dalam rilis resmi.

Beberapa jam setelah pengumuman itu dibuat, Gubernur Provinsi South Gyeongsang, Kim Kyoung-soo, berujar bakal ikut serta dalam rencana mulia itu.

Dalam unggahannya di Facebook, Kim mengatakan dia terpikir untuk membantu ekonomi menengah. Namun, dia tidak ingin melanggar UU Pemilu. Karena itu, begitu mendengar para pejabat tinggi Negeri "Ginseng" memutuskan menyisihkan gaji, dia tak ragu untuk ambil bagian.

"Selama ini bisa membantu warga yang terdampak virus korona walaupun sedikit, saya akan ikut serta. Saya akan memberikan gaji saya ke kas negara," kata dia.

Siapkan Alat Tes

Sementara itu, Gedung Putih menjanjikan 27 juta alat tes virus korona akan tersedia untuk pasien pada akhir Maret 2020. Lebih dari 10 juta alat tes telah didistribusikan ke laboratorium secara nasional dalam dua minggu pertama bulan Maret, kata Asisten Menteri Kesehatan AS, Brett Giroir, dalam konferensi persnya.

"Kami berjanji satu hingga empat juta, ada 10 juta (alat) tes di pasaran sekarang," kata Giroir dikutip dari New York Post.

Dia mengindikasikan 17 juta lainnya akan datang akhir bulan. "Tidak setiap lab dapat menjalankan setiap tes, dan tidak semua tes bisa dilakukan sendiri."

"Jadi, pertanyaan terpenting bukan berapa banyak tes dilakukan, tetapi untuk memastikan bahwa setiap segmen pasar memiliki jenis tes yang dapat mereka gunakan," lanjut Giroir.

New York dan negara-negara bagian lainnya telah memesannya untuk warganya yang berisiko paling tinggi atau gejala terparah. Selain penyediaan alat uji Covid-19, AS juga telah melakukan uji coba vaksin korona pertamanya pada Senin (16/3). Sekelompok sukarelawan yang berisi 45 orang mendapat suntikan vaksin ini di fasilitas penelitian Kaiser Permanente, Seattle. Vaksin ini mengandung kode genetik yang tidak berbahaya yang disalin dari virus yang menyebabkan penyakit. ang/eko/AFP/P-4

Baca Juga: