JAKARTA - Krisis pasokan garam yang melanda di sejumlah daerah termasuk DKI Jakarta. Minimnya stok bumbu pokok untuk perasa asin makanan itu, membuat harga garam melonjak drastis di pasaran.

Pedagang di pasar tradisional Sunter Podomoro, Jakarta Utara mengaku sampai saat ini, harga jual garam dapur masih tinggi. Rata-rata naik hingga dua kali lipat, dari yang sebelumnya seharga 2.000 rupiah, menjadi 5.000 rupiah per bungkus dengan isi kemasan 200 gram.

"Sebenarnya garam mahal itu sudah lama, hampir sebulan. Tapi memang baru terasanya minggu-minggu ini karena semakin susah pasokannya," ujar salah satu pedagang bumbu dapur, Dewi, di Jakarta Utara, Senin (31/7).

Bahkan, Dewi mengungkapkan beberapa toko di pasar Sunter Podomoro sudah tidak memiliki stok garam untuk dijual kepada konsumen, sehingga banyak pembeli yang mengeluhkan kondisi tersebut. Dikatakan, dirinya pun tidak mengetahui secara pasti penyebab agen pemasok garam mengurangi stok garam. "Enggak tau juga kenapa, mungkin dari pengelola atau juga petani. Bisa jadi lautnya ada masalah, kurang apa gitu," jelas Dewi.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat menduga kelangkaan garam yang juga terjadi di Ibu Kota akibat ulah spekulan nakal yang menginginkan Indonesia untuk mengimpor garam. Dia meminta kepada Pemerintah Pusat agar segera turun tangan dalam menghadapi kelangkaan garam.

"Ini dugaan saja, saya khawatirkan kelangkaan garam dipicu oleh aksi para spekulan supaya kita mengimpor garam. Padahal kita negara kepulauan dan banyak lautnya, maka sebetulnya tidak layak kita untuk impor garam. Kalau posisi Jakarta, kita kan hanya konsumen garam bukan produsen," urai mantan Wali Kota Blitar, Jawa Timur itu.

Kendati demikian, beberapa hari yang lalu Pemerintah Pusat telah menunjuk PT. Garam untuk mengimpor sebanyak 75.000 ton garam dari Australia. Hal ini terkesan dipaksakam dan rawan ditunggangi rente bisnis politik.

Disisi lain, Wakil Sekretaris Jendral Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Jakarta, Niko Amrullah menilai impor garam dari Australian bisa menjadi landang korupsi. Dia mengingatkan, Direktur Utama (Dirut) PT Garam sempat tersandung kasus penyelewengan impor garam dan ditetapkan sebagai tersangka.

"Ingat kisah lalu, bahwa Dirut PT Garam Achmad Boediono menjadi tersangka atas kasus penyelewengan impor garam. Bukan menambah kesejahteraan petambak garam rakyat, malah justru semakin meminggirkan mereka terhadap mekanisme pasar," ungkap Niko Amrullah. nis/P-5

Baca Juga: