SINGAPURA - Perekonomian Singapura pada kuartal kedua tahun 2023 bisa tumbuh sedikit. Meski produk domestik bruto (PDB) berkembang kurang dari perkiraan semula, tetapi negara ini dapat terhindar dari resesi, menurut data resmi Jumat (11/8).
"Prospek permintaan eksternal Singapura untuk sisa tahun ini tetap lemah," kata Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura atau Ministry of Trade and Industry Singapura (MTI) dalam sebuah pernyataan.
Negara kota itu diperkirakan tidak mengalami resesi teknis tahun ini, seorang pejabat kementerian perdagangan mengatakan pada konferensi pers, karena PDB meningkat 0,1 persen kuartal-ke-kuartal yang disesuaikan secara musiman pada April hingga Juni, lebih lambat dari pertumbuhan 0,3 persen yang terlihat dalam perkiraan awal pemerintah.
Seperti dikutip dari Antara, MTI memapaparkan secara tahunan, ekonomi tumbuh 0,5 persen, dibandingkan dengan perkiraan awal 0,7 persen dan pertumbuhan kuartal pertama 0,4 persen.
MTI menambahkan telah mempersempit perkiraan pertumbuhan PDB-nya menjadi 0,5 persen hingga 1,5 persen dari 0,5 persen hingga 2,5 persen untuk tahun ini, turun dari 3,6 persen pada tahun 2022.
Inflasi Tetap Tinggi
Output dan ekspor industri telah turun selama sembilan bulan berturut-turut, meningkatkan risiko penurunan yang berkepanjangan. Inflasi tetap tinggi pada paruh pertama tahun ini, dan beberapa pelonggaran terlihat pada angka bulan Juni, sejalan dengan ekspektasi otoritas bahwa harga inti akan lebih moderat pada paruh kedua.
Tren pertumbuhan dan inflasi berada dalam ekspektasi, seorang pejabat bank sentral mengatakan pada Jumat, menambahkan sikap kebijakan Otoritas Moneter Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS) "tepat".
MAS membiarkan pengaturan kebijakannya tidak berubah pada April, setelah pengetatan lima kali berturut-turut sejak Oktober 2021, yang mencerminkan kekhawatiran atas prospek pertumbuhan negara kota tersebut.
Sebelumnya, bank sentral Singapura mengatakan negara kota itu menghadapi prospek ekonomi yang tidak pasti dengan risiko penurunan karena ekonomi global melambat.
Perekonomian telah melambat secara nyata sejak kuartal terakhir tahun 2022, terbebani oleh kontraksi di sektor terkait perdagangan di tengah penurunan manufaktur global, kata MAS dalam laporan tengah tahunannya.
Inflasi inti telah mencapai puncaknya dan akan mengakhiri tahun ini secara signifikan lebih rendah, katanya, menambahkan bahwa inflasi inti diperkirakan rata-rata antara 3,5 persen dan 4,5 persen pada tahun 2023.