Perubahan iklim mengancam dan akan mengganggu rute dan waktu migrasi spesies hewan dengan mengubah kondisi musiman.

PARIS - Status Spesies Migrasi Dunia atau State of the World's Migratory Species, pada Senin (12/2), melaporkan spesies yang bermigrasi di seluruh dunia berada di bawah ancaman kepunahan, termasuk gajah afrika, penyu, hingga elang laut.

Penilaian yang pertama kali dilakukan, berfokus pada 1.189 spesies yang tercakup dalam Konvensi PBB tentang Konservasi Spesies Hewan Liar yang Bermigrasi atau Conservation of Migratory Species of Wild Animals (CMS) ini menemukan satu dari lima spesies terancam punah dan 44 persen populasi mereka akan menurun.

Dikutip dari France 24, manusialah yang patut disalahkan karena merusak atau menghancurkan habitat, perburuan, dan mencemari kawasan dengan plastik, bahan kimia, cahaya, dan kebisingan.

Perubahan iklim juga mengancam akan mengganggu rute dan waktu migrasi dengan mengubah kondisi musiman.

"Kami mengetahui fenomena migrasi itu sendiri sedang terancam," kata kepala CMS, Amy Fraenkel, menambahkan laporan tersebut harus menjadi seruan tentang apa yang sedang terjadi.

Laporan ini dirilis ketika lebih dari 130 negara penandatangan, kecuali Amerika Serikat, Tiongkok, Kanada dan Russia, berkumpul untuk konferensi di Samarkand, Uzbekistan, dari tanggal 12 hingga 17 Februari.

Spesies yang bermigrasi sering kali bergantung pada lokasi yang sangat khusus untuk mencari makan dan kawin, dan perjalanan mereka dapat melintasi batas internasional dan bahkan benua.

Spesies ikonik yang melakukan perjalanan paling luar biasa melintasi planet ini termasuk kupu-kupu raja, paus bungkuk, dan penyu tempayan.

"Laporan hari ini menunjukkan bukti bahwa aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan membahayakan masa depan spesies yang bermigrasi," kata Inger Andersen, kepala Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Environment Programme (UNEP).

Ancaman Utama

Aktivitas manusia seperti berburu, bertani, dan mencari ikan telah menjadi ancaman utama.

"Peternakan dapat merusak habitat, sementara tangkapan sampingan oleh kapal penangkap ikan, ketika hewan lain terjerat oleh alat penangkapan ikan, merupakan ancaman terbesar yang berkelanjutan bagi paus," kata Fraenkel.

Dia mengatakan meskipun perusakan habitat dianggap sebagai risiko utama bagi hewan-hewan yang bermigrasi, untuk beberapa spesies, laporan menemukan hal tersebut merupakan

"pembunuhan yang disengaja", baik untuk diambil dagingnya, atau untuk olahraga, atau karena hewan-hewan itu dianggap sebagai hama.

"Ada kesenjangan besar yang kini kami identifikasi dan memerlukan tindakan," katanya.

Laporan tersebut, yang disusun oleh Pusat Pemantauan Konservasi Dunia UNEP, menemukan selama tiga dekade terakhir, 70 spesies yang terdaftar dalam CMS menjadi semakin terancam, termasuk elang stepa, burung hering mesir, dan unta liar.

Hanya 14 spesies yang kini memiliki status konservasi yang lebih baik, termasuk paus biru dan paus bungkuk serta elang laut ekor putih. "Dari 158 mamalia yang terdaftar dalam konvensi tersebut, 40 persennya terancam punah secara global," kata laporan tersebut.

Sementara itu hampir semua atau 97 persen dari 58 spesies ikan yang terdaftar, menghadapi risiko kepunahan yang tinggi, termasuk hiu migran, pari, dan ikan sturgeon.

Lebih dari 960 spesies burung terdaftar di CMS dan meskipun hanya 14 persen yang dinilai terancam, penulis menekankan jumlah ini masih berjumlah sekitar 134 spesies.

Laporan tersebut juga menemukan 399 spesies yang bermigrasi, termasuk elang laut, hiu darat, dan ikan pari, dikategorikan sebagai terancam atau hampir terancam tetapi belum terdaftar dalam CMS.

Baca Juga: