NEW YORK - Kaum muda menghadapi gelombang kekerasan dan pelecehan seksual yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dipicu oleh perang, perubahan iklim, kelaparan, dan pengungsian, demikian peringatan perwakilan khusus PBB untuk kekerasan terhadap anak.
"Anak-anak tidak bertanggung jawab atas perang. Mereka tidak bertanggung jawab atas krisis iklim. Dan mereka membayar (harga) yang sangat mahal," kata Dr Najat Maalla M'jid, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kekerasan terhadap Anak pada Kamis (10/10).
"Kekerasan terhadap anak telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, disebabkan oleh krisis yang memiliki banyak sisi dan saling terkait," imbuh dia.
Dr M'jid dalam laporannya mengatakan bahwa kekerasan brutal terhadap anak-anak telah merajalela dan bahwa teknologi memfasilitasi kejahatan terhadap kaum muda seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Lebih dari 450 juta anak tinggal di zona konflik hingga akhir tahun 2022, 40 persen dari 120 juta orang yang mengungsi pada akhir April adalah anak-anak, dan 333 juta anak hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Hal itu diperparah dengan lebih dari 1 miliar anak yang berisiko tinggi terkena dampak perubahan iklim, yang disebut Dr M'jid sebagai pengganda risiko. nSB/AFP/I-1