JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Senin (5/2), menyatakan akan memantau kunjungan Presiden Russia, Vladimir Putin, ke Turki di tengah upaya untuk membuat mekanisme baru guna memfasilitasi ekspor biji-bijian dari Ukraina dan Russia.

"Sejauh yang saya tahu, kami tidak terlibat dalam kunjungan bilateral tersebut, tapi jelas kami akan mencermati apa yang akan terjadi," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, kepada wartawan. Putin dijadwalkan mengunjungi Turki pada akhir bulan ini.

Seperti dikutip dari Antara, Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, pada Minggu (4/2), menyatakan menyusul upaya inovatifnya dalam kebijakan biji-bijian Laut Hitam, yang secara global dipuji sebagai upaya dalam mencegah krisis pangan global, kini Turki ingin membangun mekanisme baru untuk mengekspor biji-bijian dari Ukraina dan Russia.

"Ada diskusi yang sedang berlangsung, khususnya yang melibatkan PBB, Russia, Ukraina, dan Turki mengenai bagaimana kami dapat mengembangkan metode baru untuk transportasi dan logistik biji-bijian ke pasar dunia, dengan fokus utama di Laut Hitam," kata Fidan dalam wawancara dengan stasiun televisi setempat.

"Perjanjian gandum sebelumnya, seperti yang Anda ketahui, dijalankan dalam mekanisme tertentu. Sekarang terlihat bahwa ada kemungkinan untuk melanjutkannya dengan mekanisme yang berbeda dari itu. Saat ini, kami sedang mencoba mewujudkan kemungkinan itu," katanya.

Risiko Serangan

Fidan menyatakan kapal-kapal Ukraina tidak dapat menggunakan rute Laut Hitam karena risiko serangan, sementara kapal-kapal Russia dilarang menjual biji-bijian. Sang menteri lantas mengatakan penyelesaian masalah biji-bijian secara bersama-sama akan menguntungkan semua negara.

"Saat ini, secara de facto ada beberapa kapal Ukraina yang mengangkut gandum. Mereka sedang dimuati gandum dan dibawa pergi. Tempat ini tidak tersentuh oleh Russia. Bahkan, kami ingin meresmikan situasi de facto ini dengan mekanisme baru yang ada saat ini," kata Fidan.

Fidan mengatakan krisis biji-bijian telah menyebabkan krisis pangan di negara-negara berkembang dan berdampak serius terhadap harga-harga barang di dunia serta menyebabkan masalah kemanusiaan.

Dia mengacu kepada situasi setelah inisiatif Biji-bijian Laut Hitam (BSGI) tahun 2022-2023, yang dinegosiasikan dan dilaksanakan bersama oleh Turki dan PBB, tetapi kemudian ternyata tidak berlanjut.

BSGI yang diteken pada Juli 2022 oleh Ukraina, Russia, Turki, dan PBB bertujuan memfasilitasi ekspor biji-bijian dan bahan makanan dari Ukraina secara aman di tengah perang Ukraina-Russia.

Namun, pada pertengahan tahun lalu, Russia menarik diri dari BSGI, dan hingga kini negosiasi untuk kesepakatan baru melanjutkan inisiatif itu belum tercapai.

Baca Juga: