Pengusiran itu menyusul serangan gabungan oleh AS-Inggris terhadap Houthi di Laut Merah dan Teluk Aden.

NEW YORK - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Rabu (24/1), menanggapi tuntutan kelompok Houthi yang meminta agar warga AS dan Inggris yang bekerja untuk PBB dan organisasi kemanusiaannya meninggalkan Yaman.

Seperti dikutip dari Antara, Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa PBB telah menerima komunikasi dari kelompok Houthi, yang memberikan waktu sebulan kepada seluruh warga negara AS dan Inggris untuk meninggalkan wilayah yang berada di bawah kendali otoritas de facto tersebut.

"Perlu dikatakan bahwa setiap permintaan atau keharusan bagi staf PBB untuk pergi hanya karena kewarganegaraan staf tersebut tidaklah sesuai dengan kerangka hukum yang berlaku di PBB," ujar Dujarric.

"Hal itu tentu saja juga menghalangi kemampuan kami dalam memenuhi mandat untuk mendukung semua orang di Yaman. Dan kami menyerukan kepada semua otoritas di Yaman agar memastikan staf kami dapat terus menjalankan tugas mereka atas nama PBB."

Dujarric mengatakan bahwa staf PBB melayani tanpa memihak serta melayani bendera PBB, bukan yang lain. Juru bicara tersebut menolak untuk mengatakan berapa banyak warga negara AS dan Inggris yang saat ini bekerja untuk PBB di daerah-daerah yang dikuasai Houthi di Yaman.

"Saya bisa mengetahui jumlah staf internasional, namun kami tidak memberikan rincian kewarganegaraan staf kami," kata Dujarric.

Pengusiran yang dilakukan oleh milisi Houthi itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara pasukan AS-Inggris yang ditempatkan di Laut Merah dan Houthi. Kelompok itu menyerang kapal-kapal yang berkaitan dengan Israel di kawasan tersebut sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023.

Koalisi maritim AS-Inggris di Laut Merah telah beberapa kali melakukan serangan udara terhadap kamp-kamp Houthi di berbagai provinsi di Yaman bagian utara. Koalisi tersebut mengatakan bahwa tindakan ini bertujuan untuk mencegah serangan lebih lanjut Houthi terhadap kapal-kapal komersial di jalur pelayaran Laut Merah.

Gangguan Pengiriman

Sebelumnya, AS bersama Inggris melancarkan beberapa serangan pada hari Selasa (23/1). Kemudian, Houthi pada Rabu (24/1) dilaporkan menembakkan tiga rudal ke dua kapal dagang di Laut Merah yang merupakan jalur air penting secara komersial.

Akibatnya, harga rata-rata sebuah peti kemas meningkat lebih dari dua kali lipat secara global dalam sebulan terakhir. Berbagai serangan tersebut menyebabkan gelombang kejutan di seluruh rantai pasokan global, penundaan pengiriman serta peningkatan biaya transportasi.

Serangan Houthi sejak pertengahan November telah mengganggu perdagangan di Laut Merah, yang menghubungkan Eropa dan Asia dan membawa sekitar 12 persen lalu lintas maritim internasional. Beberapa perusahaan pelayaran telah beralih dari Laut Merah dan mengambil rute yang lebih panjang dan mahal di sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

AS dan Inggris telah melakukan dua putaran serangan gabungan pada bulan ini yang bertujuan untuk mengurangi kemampuan Houthi dalam menargetkan pengiriman barang. Militer AS juga melancarkan serangkaian serangan udara sepihak terhadap rudal pemberontak. Dia mengatakan bahwa serangan terbarunya pada Rabu pagi menghancurkan dua rudal Houthi yang merupakan ancaman besar terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut.

Baca Juga: