NEW YORK - Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) menginginkan Perang Russia dan Ukraina berakhir. PBB ingin melihat perang ini berakhir sesuai dengan hukum internasional, resolusi Sidang Umum, dan integritas teritorial Ukraina.

"Fokus kami, dan ini sudah sangat jelas, adalah bahwa kami ingin melihat perang ini berakhir," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, kepada Sputnik, di sela-sela Sidang Umum PBB, di New York, Kamis (26/9). Seperti dikutip dari Antara, Dujarric mengatakan itu menanggapi pembahasan Washington mengenai apakah akan mengizinkan Ukraina menyerang jauh ke dalam wilayah Russia.

"Saya pikir, demi kebaikan rakyat di Russia, demi kebaikan rakyat di Ukraina, kita perlu melihat akhir dari perang ini sesuai dengan prinsipprinsip yang baru saja saya sebutkan," kata Dujarric. Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Russia, Sergey Vershinin, mengatakan Moskwa berharap Amerika Serikat memiliki akal sehat dan pertimbangan untuk tidak mengizinkan Kiev menyerang jauh ke dalam wilayah Russia dengan senjata yang dipasok AS.

Senjata Jarak Jauh

Permintaan Ukraina untuk menggunakan senjata jarak jauh yang dipasok AS di wilayah Russia, negara yang memiliki senjata nuklir, ini akan dibahas Presiden Volodymyr Zelenskyy dalam pertemuannya dengan Presiden Joe Biden di Gedung Putih, Kamis, kata Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby.

Presiden Russia, Vladimir Putin, sebelumnya mengatakan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) tidak hanya membahas kemungkinan mengizinkan Kiev menggunakan senjata jarak jauh dari Barat untuk melawan Russia, tetapi pada dasarnya juga memutuskan apakah akan terlibat langsung dalam konflik Ukraina.

Keterlibatan langsung negara-negara Barat dalam konflik Ukraina akan mengubah esensi konflik tersebut, dan Moskwa akan dipaksa untuk membuat keputusan berdasarkan ancaman terhadap Russia, tambahnya. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan tentang eskalasi konflik lebih lanjut dan dampaknya jika perang Russia-Ukraina berlanjut, serta menekankan urgensi untuk memutus siklus kekerasan dan mengakhiri penderitaan di kedua negara. Pernyataan tersebut pada sesi tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB tentang Ukraina.

PBB didirikan atas prinsip penghormatan terhadap kedaulatan semua negara anggota, tegas Guterres seraya menambahkan Piagam PBB menetapkan semua negara harus menahan diri dari penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial negara lain. "Invasi skala penuh Russia ke Ukraina pada Februari 2022 menyusul aneksasi ilegal Republik Otonom Krimea dan Kota Sevastopol satu dekade lalu merupakan pelanggaran terhadap prinsip- prinsip ini," kata Sekjen PBB.

Dengan memperhatikan jumlah korban tewas dalam perang Ukraina terus meningkat, dia mengatakan hampir 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Dia mengutuk keras semua serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil. Sembari mendesak peningkatan bantuan ke Ukraina, Guterres mengemukakan 15 juta orang di Ukraina memerlukan bantuan kemanusiaan lebih dari setengahnya adalah wanita dan anak perempuan. Guterres menambahkan 11 ribu warga sipil telah tewas sejak invasi Ukraina dan memperingatkan semakin lama perang tragis ini berlanjut, semakin besar risiko eskalasi dan dampaknya.

Baca Juga: