NAIROBI - Lonjakan permintaan sistem pendingin di negara-negara berkembang dapat memperburuk perubahan iklim kecuali solusi berkelanjutan diprioritaskan, menurut laporan PBB yang dipublikasikan pada Rabu (25/9).
Pada 2050 diperkirakan permintaan terhadap AC, kulkas, dan transportasi berpendingin akan meningkat tujuh kali lipat di Afrika dan empat kali lipat di Asia, menurut Badan Lingkungan Hidup PBB (UNEP) dan lembaga sektor swasta Bank Dunia, IFC.
"Negara-negara ini sangat rentan terhadap dampak mematikan dari meningkatnya suhu dan sangat membutuhkan solusi pendinginan," kata kepala IFC, Makhtar Diop, dalam sebuah pernyataan.
Meningkatnya suhu serta bertambahnya populasi dan urbanisasi di banyak negara berkembang juga telah meningkatkan permintaan akan perangkat pendingin. Sektor pendinginan sudah menyerap seperlima dari total listrik dunia dan permintaan diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2050, dengan negara-negara berkembang menyumbang 80 persen dari total permintaan, kata laporan itu.
"Ketika suhu yang memecahkan rekor terus terjadi di seluruh dunia, menjaga kesejukan merupakan kebutuhan penting bagi masyarakat dan lingkungan yang sehat," ucap Inger Andersen, direktur eksekutif UNEP yang berkantor pusat di Nairobi. "Namun, kita harus menghindari terciptanya lingkaran setan dalam memenuhi tuntutan pendinginan melalui solusi yang justru semakin memanaskan planet ini," imbuh dia. SB/AFP/I-1