Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Minggu (14/5) melaporkan sedikitnya 676 orang tewas akibat bentrokan antara militer dan pasukan paramiliter di Sudan yang telah berlangsung selama 30 hari.

KHARTOUM - Sedikitnya 676 orang tewas akibat bentrokan antara militer Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF), demikian lapor kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Minggu (14/5).

"Bentrokan antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat telah berlangsung selama 30 hari beruntun, terutama di dalam dan sekitar Khartoum, menewaskan sedikitnya 676 orang dan melukai 5.576 orang lainnya," kata OCHA.

Menurut laporan tersebut, lebih dari 936.000 orang telah menjadi pengungsi baru akibat konflik itu sejak 15 April, termasuk sekitar 736.200 pengungsi internal, dan sekitar 200.000 orang yang mengungsi ke negara-negara tetangga.

Sejak bentrokan itu meletus pada pertengahan April lalu, penduduk Khartoum, ibu kota Sudan, mengalami kekurangan pangan yang parah, terutama setelah puluhan pabrik dijarah dan dibakar.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), diperkirakan sekitar 15,8 juta warga Sudan, atau sekitar sepertiga populasi Sudan, akan membutuhkan bantuan kemanusiaan pada 2023, dan angka tersebut kemungkinan akan meningkat sebagai dampak dari perang.

Pada 11 Mei lalu, pihak-pihak yang bertikai di Sudan menandatangani Deklarasi Komitmen untuk Melindungi Warga Sipil Sudan di kota pelabuhan Jeddah, Arab Saudi, guna memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan darurat dan menjamin evakuasi yang aman bagi warga sipil. Namun, kedua belah pihak saling tuding telah melanggar kesepakatan tersebut dan melanjutkan bentrokan bersenjata.SB/Ant/Xinhua/I-1

Baca Juga: