Seluruh umat beriman di dunia diminta untuk tidak bimbang dalam doa mereka demi terwujudnya perdamaian di kawasan yang tengah berkonflik.

ROMA - Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus, pada hari Minggu (7/4), mendesak para pemimpin dunia menengahi dan menegosiasikan jalan menuju perdamaian di wilayah Timur Tengah, utamanya di Gaza dan Ukraina.

Paus Fransiskus mengajak umat untuk terus berdoa bagi perdamaian dalam homilinya saat doa Ratu Surga atau Regina Coeli. Ia menginginkan perdamaian yang adil dan abadi, terutama bagi Ukraina yang merasakan penderitaan, serta untuk Palestina dan Israel.

"Semoga semangat Tuhan Yang Bangkit memberikan pencerahan dan mendukung semua orang yang berupaya mengurangi tekanan, dan mendorong tindakan yang memungkinkan negosiasi," ujar Paus Fransiskus.

Seperti dikutip dari Antara, Paus Fransiskus berulang kali meminta agar kedua konflik di negara tersebut diakhiri, dan mendesak para pemimpin untuk bernegosiasi mengakhiri kekerasan tersebut.

Pada hari Rabu (3/4), Paus Fransiskus memperbarui permintaannya dengan mengatakan kepada penduduk sipil yang kelelahan dan menderita, agar diberikan akses terhadap bantuan kemanusiaan serta agar para sandera segera dibebaskan.

Dikutip dari World Echo News, Paus mengimbau umat beriman untuk tidak bimbang dalam doa mereka demi perdamaian, dan menekankan pentingnya dukungan spiritual di masa-masa sulit ini.

Permohonan Paus untuk perdamaian muncul di tengah kekerasan dan kerusuhan yang sedang berlangsung di Ukraina dan Gaza, di mana warga sipillah yang menanggung penderitaan paling berat.

Kemajuan Signifikan

Media pemerintah Mesir, pada hari Senin (8/4), melaporkan pembicaraan di Kairo mengenai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera telah mencapai kemajuan signifikan.

Israel terus memberikan tekanan, memperingatkan mereka siap untuk operasi militer di masa depan melawan Hamas di Kota Rafah di ujung selatan Gaza, daerah terakhir yang sejauh ini terhindar dari invasi darat.

Dikutip dari Barron, Israel pada hari Minggu menarik pasukannya keluar dari Jalur Gaza selatan dan kota utama di sana, Khan Yunis, sehingga memungkinkan sejumlah besar pengungsi Palestina untuk kembali ke daerah perkotaan yang hancur.

Namun Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, menekankan tujuannya adalah agar pasukan Israel "mempersiapkan misi masa depan, termasuk… di Rafah" di perbatasan Mesir.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menandai setengah tahun perang sejak serangan 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya, juga mengatakan Israel "selangkah lagi menuju kemenangan".

Namun, ketika perundingan gencatan senjata dilanjutkan, Netanyahu mengatakan kepada kabinetnya Israel siap untuk mencapai kesepakatan, dan menambahkan tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya sandera.

Tekanan internasional meningkat terhadap Israel untuk mengakhiri perang yang telah memakan banyak korban sipil dan menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir Palestina.

Sekutu utama Israel, pendukung diplomatik dan pemasok senjata, Amerika Serikat, pekan lalu menuntut gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera serta peningkatan pengiriman bantuan.

Presiden AS, Joe Biden, mempertajam nada suaranya setelah menyuarakan "kemarahan" atas serangan Israel yang menewaskan tujuh pekerja bantuan dari badan amal pangan World Central Kitchen yang berbasis di AS.

Baca Juga: