VATIKAN - Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus, pada Minggu (22/10), memohon agar konflik Hamas-Israel diakhiri di tengah kekhawatiran krisis tersebut akan meluas, dan menyerukan agar lebih banyak bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Jalur Gaza.

"Perang selalu merupakan kekalahan. Itu adalah kehancuran persaudaraan manusia. Saudara-saudara, hentikan. Berhenti," kata Paus Fransiskus setelah doa Angelus, di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

"Saya memperbarui seruan saya agar ruang dibuka, bantuan kemanusiaan terus berdatangan, dan pembebasan sandera," kata Paus berusia 86 tahun itu.

Bantuan pertama memasuki Jalur Gaza yang terkepung pada Sabtu, namun para pejabat PBB mengatakan 20 truk yang diizinkan untuk menyeberang tidaklah cukup mengingat situasi kemanusiaan yang "bencana" bagi 2,4 juta orang.

Sementara itu, dua sandera berkewarga negaraan Amerika Serikat dibebaskan pada Jumat namun lebih dari 200 orang yang diculik oleh militan masih ditahan.

Sekjen PBB, Antonio Guterres, pada Sabtu (21/10), memohon para pihak yang terlibat perang antara Israel dan Hamas di Gaza untuk melakukan "gencatan senjata kemanusiaan", dan menuntut "tindakan untuk mengakhiri mimpi buruk yang mengerikan ini".

Dikutip dari The Straits Times, saat berpidato di pertemuan puncak di Kairo yang pada akhirnya tidak membuahkan hasil.

Menurut pejabat Israel, pertumpahan darah terbaru dimulai pada 7 Oktober ketika militan Hamas membunuh sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil yang ditembak, dimutilasi atau dibakar sampai mati pada hari pertama serangan tersebut, dan menyandera lebih dari 200 orang.

"Pertemuan di Kairo gagal mencapai kesepakatan, dan perwakilan Barat mencari kecaman yang jelas dengan menempatkan tanggung jawab atas eskalasi pada Hamas, namun ditolak oleh para pemimpin Arab," kata seorang diplomat Arab yang berbicara tanpa menyebut nama.

Pembebasan Sandera

Para pejabat Barat juga ingin menyerukan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. Dia menambahkan, Kepresidenan Mesir malah mengeluarkan sebuah pernyataan yang dirancang dengan persetujuan peserta Arab, yang mengatakan bahwa perang telah menunjukkan "cacat dalam nilai-nilai komunitas internasional".

"Para pemimpin dunia telah lama berusaha untuk mengelola konflik, dan tidak mengakhirinya secara permanen, dengan mengusulkan solusi sementara dan obat-obatan yang tidak memenuhi bahkan aspirasi terendah dari masyarakat yang menderita," bunyi pernyataan tersebut.

Sebagai tanggapan, Israel mengeluhkan kurangnya kecaman terhadap apa yang disebutnya "teror Islam" yang membahayakan wilayah tersebut dan seluruh dunia.

"Sangat disayangkan bahkan ketika dihadapkan pada kekejaman yang mengerikan tersebut, ada beberapa orang yang mengalami kesulitan untuk mengutuk terorisme atau mengakui bahayanya," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri.

"Israel akan melakukan apa yang harus dilakukannya dan mengharapkan komunitas internasional mengakui perjuangan yang benar," tambahnya.

Baca Juga: