Semua pihak hendaknya mendorong dibukanya akses bantuan kemanusiaan ke Gaza dan terwujudnya gencatan senjata di wilayah tersebut.

ATHENA - Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus, mengulangi seruannya untuk memastikan akses bantuan kemanusiaan dan gencatan senjata segera bisa diwujudkan di Jalur Gaza, di mana warga Palestina terancam kelaparan akibat konflik di wilayah tersebut.

"Saya mengimbau sekali lagi agar akses bantuan kemanusiaan dibuka ke Gaza, menyerukan pelepasan segera para sandera yang ditangkap pada 7 Oktober, dan gencatan senjata di Jalur Gaza," kata Paus ketika menyampaikan pesan Paskah, di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada Minggu (31/3), yang diikuti puluhan ribu umat Katolik.

Seperti dikutip dari Antara, Paus menyoroti bahwa konflik yang sedang berlangsung di wilayah kantong Palestina itu menelan banyak korban sipil, terutama anak-anak.

"Betapa banyak penderitaan yang kita lihat di mata mereka. Dengan mata seperti itu, mereka bertanya kepada kita: Mengapa? Mengapa semua kematian ini terjadi? Mengapa semua kehancuran ini terjadi? Perang selalu menjadi kekalahan dan keabsurdan," kata Paus.

Sebelumnya, Paus Fransiskus mengatakan Israel dan Palestina sama-sama bertanggung jawab dalam konflik di Jalur Gaza.

"Apa yang terjadi saat ini antara Israel dan Palestina adalah sebuah perang. Dan perang itu melibatkan dua pihak, bukan satu," kata Fransiskus dalam wawancara dengan media Swiss RSI.

Bantuan Kemanusiaan

Dia telah berkali-kali menyerukan perdamaian di Jalur Gaza, menekankan perlunya akses bagi bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong Palestina itu, pembebasan sandera Israel, dan penyelesaian konflik dengan solusi dua-negara.

Pada 24 November, Qatar memediasi perundingan antara Israel dan Hamas untuk pertukaran tahanan dengan sandera dan gencatan senjata, yang memungkinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza. Gencatan itu diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember.

Lebih dari 100 orang diyakini masih disandera oleh Hamas di Gaza. Sementara itu, delegasi Israel akan berangkat ke Mesir pada Minggu untuk mengikuti perundingan tidak langsung mengenai kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas, menurut media Israel pada Sabtu.

Menurut Channel 12, delegasi Israel itu terdiri dari perwakilan badan intelijen Mossad, badan keamanan internal Shin Bet, dan badan intelijen militer Aman. Mereka akan berangkat ke Kairo pada Minggu untuk bernegosiasi dengan Hamas tentang pertukaran sandera.

Media itu mengatakan Mesir telah meminta Tel Aviv untuk mengajukan usulan yang dapat disampaikan kepada Hamas.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, setuju untuk mengirimkan delegasi yang mewakili Tel Aviv dalam perundingan tidak langsung putaran berikutnya dengan Hamas di Doha dan Kairo.

Netanyahu mengatakan Israel akan melanjutkan perundingan untuk mencapai kesepakatan soal pertukaran sandera dan gencatan senjata jangka panjang di Gaza.

Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat berupaya mencapai kesepakatan pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza, karena jeda kemanusiaan pertama hanya berlangsung sepekan pada akhir November lalu sehingga bantuan yang masuk ke Jalur Gaza terbatas.

Jeda kemanusiaan itu juga memungkinkan pertukaran warga Israel yang disandera Hamas dengan warga Palestina yang ditahan oleh Israel. Sebagian besar tahanan Palestina itu adalah perempuan dan anak-anak, yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Baca Juga: