VATIKAN - Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus, pada hari Minggu (21/4), mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi untuk mengatasi konflik di wilayah tersebut.

"Saya akan terus mengikuti situasi di Timur Tengah dengan keprihatinan dan kesedihan," kata Paus Fransiskus saat doa Angelus Minggu tradisional di Vatikan.

Seperti dikutip dari Antara, Paus Fransiskus menegaskan kembali permohonan untuk tidak menyerah pada klaim perang, tetapi lebih memprioritaskan dialog dan diplomasi yang dapat mencapai banyak hal. "Saya berdoa setiap hari bagi perdamaian di Palestina dan Israel, dan saya berharap kedua pihak ini segera mengakhiri penderitaan mereka," tambah dia.

Menurut PBB, akibat konflik tersebut menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kelangkaan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantung itu telah rusak atau bahkan hancur.

Bantuan Belum Cukup

Namun, permusuhan terus berlanjut dan pengiriman bantuan sangat belum cukup memadai untuk mengatasi bencana kemanusiaan di daerah tersebut.

Sebelumnya, pemerintah Mesir bersama Amerika Serikat (AS) dan Qatar berupaya keras mencapai kesepakatan gencatan senjata di tengah perang Israel di Jalur Gaza, demikian dikemukakan Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, pada Jumat (19/4).

"Penting bagi Hamas dan Israel untuk menunjukkan keinginan politik, bertanggung jawab mencapai kesepakatan gencatan senjata, dan melindungi warga sipil," ujar Shoukry kepada penyiar pemerintah SABC di Pretoria setelah bertemu mitra Afrika Selatannya, Naledi Pandor.

Mesir, Qatar, dan AS telah melakukan negosiasi gencatan senjata dan mengakhiri perang Israel yang dimulai pada Oktober. "Penting bagi kami untuk terus fokus pada kehidupan dan keselamatan rakyat Palestina. Setelah lebih dari 33.000 orang terbunuh."

Ini sangat mengerikan dan harus dihentikan. Kita harus mencapai gencatan senjata, memulangkan sandera dan tahanan," katanya.

Shoukry menekankan perlunya menyediakan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza dan harus diakui bahwa pemindahan paksa merupakan kejahatan perang.

"Kita harus mendapatkan kembali perdamaian dan keamanan serta cakrawala politik untuk memberikan hak-hak sah rakyat Palestina dan pembentukan negara mereka sejalan dengan Juni 1967 dan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya," kata Shoukry.

Sementara itu, mengenai meningkatnya permusuhan antara Israel dan Iran, dia mengatakan negara-negara di wilayah itu layak berada dalam kedamaian, keamanan, stabilitas, dan hidup berdampingan dengan rukun dan bekerja sama.

Shoukry mengatakan Mesir telah memberi peringatan mengenai eskalasi yang mengarah kepada konflik yang lebih luas di kawasan itu yang membahayakan keamanan negara mana pun.

Baca Juga: