JENEWA - Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus, menyebut semua bentuk perang adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan menegaskan bahwa perang bukanlah cara untuk menyelesaikan konflik.

"Perang itu sendiri adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Orang membutuhkan perdamaian. Dunia membutuhkan perdamaian," kata Paus Fransiskus saat memanjatkan doa Angelus, pada Minggu (14/1), seperti dilaporkan Vatican News.

"Pada awal tahun ini, kita saling menyampaikan harapan perdamaian, tetapi senjata terus membunuh dan menghancurkan," keluh Paus Fransiskus.

Seperti dikutip dari Antara, Paus Fransiskus mendesak orang-orang yang berkuasa atas konflik-konflik tersebut agar menyadari bahwa perang bukanlah cara untuk menyelesaikan konflik. "Kita harus mendidik manusia demi perdamaian. Tampaknya, kita seluruh umat manusia, belum berpendidikan yang cukup guna menghentikan semua perang. Marilah untuk selalu mendoakan rahmat ini, demi mengedukasi perdamaian," kata Paus Fransiskus.

Dikutip dari The Straits Times, dalam doanya, Paus mengimbau untuk tidak melupakan penderitaan mereka akibat kekejaman perang di beberapa belahan dunia.

"Mari kita berdoa agar mereka yang berkuasa atas konflik-konflik ini merenungkan fakta bahwa perang bukanlah cara untuk menyelesaikannya, karena perang akan menyebabkan kematian di kalangan warga sipil dan menghancurkan kota-kota serta infrastruktur," kata Paus.

Diakhiri Konflik

Dalam berbagai kesempatan sebelumnya, Paus Fransiskus selalu menyerukan diakhirnya perang dan konflik, antara lain di Gaza, Ukraina, dan di sejumlah tempat lain. Seperti disampaikan Paus ketika memimpin umat Katolik Roma di seluruh dunia merayakan Natal, Paus menyesalkan bahwa pesan perdamaian Yesus ditenggelamkan oleh logika perang yang sia-sia di negara tempat Yesus dilahirkan.

Fransiskus, yang merayakan Natal ke-11 pada masa Kepausannya, memimpin Misa Malam Natal yang khidmat di Basilika Santo Petrus dan selama khotbahnya berbicara tentang konflik di Tanah Suci.

"Malam ini, hati kita ada di Bethlehem, di mana sang Pangeran Perdamain sekali lagi ditolak oleh logika perang yang sia-sia, oleh bentrokan senjata yang bahkan sampai hari ini menghalanginya untuk menemukan ruang di dunia ini," katanya.

Paus berusia 87 tahun itu berbicara beberapa jam setelah PM Israel, Benjamin Netanyahu, bersumpah akan terus melancarkan perang di wilayah kantong Palestina di Gaza, setelah pasukannya mengalami salah satu hari kekalahan terburuk dalam perang darat.

Dan di kota tempat Yesus dilahirkan, Menteri Pariwisata Palestina, Rula Ma'ayah, mengatakan Bethlehem merayakan Natal dengan kesedihan dan duka atas apa yang terjadi di Gaza, dan di seluruh Tepi Barat, seluruh wilayah Palestina.

Pada Misa Kepausan yang dihadiri 6.500 orang di Basilika Santo Petrus dan lebih banyak lagi yang menonton melalui layar di alun-alun, Paus Fransiskus mengatakan pesan Natal yang sesungguhnya adalah perdamaian dan cinta. Dia mendesak semua orang untuk tidak terobsesi dengan kesuksesan duniawi dan penyembahan konsumerisme.

Paus berbicara tentang lingkaran yang terlalu manusiawi sepanjang sejarah, pencarian kekuatan dan keperkasaan duniawi, ketenaran dan kemuliaan, yang mengukur segala sesuatu dengan kesuksesan, hasil, dan angka, dunia yang terobsesi dengan pencapaian.

Paus Fransiskus mengatakan meskipun banyak orang mungkin merasa sulit merayakan Natal di dunia yang begitu menghakimi dan tidak memaafkan ini, mereka harus mencoba mengingat apa yang terjadi pada Natal pertama. "Malam ini, cinta mengubah sejarah," katanya.

Paus Fransiskus sudah sering memohon agar gencatan senjata diwujudkan dalam konflik yang terjadi di Gaza, dan menyerukan pembebasan semua sandera yang ditahan oleh kelompok perlawanan Palestina.

Baca Juga: