VATIKAN - Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus dalam surat ensiklik baru, bentuk tertinggi dari ajaran kepausan, Kamis (24/10), mendesak 1,4 miliar umat Katolik di dunia untuk meninggalkan pengejaran gila-gilaan terhadap kekayaan dan sebaliknya mengabdikan diri kepada iman mereka.

Dikutip dari The Straits Times, ensiklik keempat Paus Fransiskus selama 11 tahun masa kepausannya sebagian besar tidak membahas isu politik, berbeda dengan tulisan-tulisannya sebelumnya, yang juga membahas tema-tema seperti perubahan iklim global dan kebijakan ekonomi trickle-down.

"Dilexit nos (Dia mengasihi kita) justru mendorong umat beriman untuk memperkuat kehidupan keagamaan mereka. Dunia sedang hidup dalam zaman kedangkalan," kata Paus, dan umat Katolik serta umat Kristen lainnya "perlu menemukan kembali pentingnya hati".

"Dalam dunia di mana segala sesuatunya diperjualbelikan, rasa harga diri orang-orang tampaknya semakin bergantung pada apa yang dapat mereka kumpulkan dengan kekuatan uang," tulis Paus.

"Cinta Kristus tidak memiliki tempat dalam mekanisme yang menyimpang ini, namun hanya cinta itulah yang dapat membebaskan kita dari pengejaran gila-gilaan yang tidak lagi memberi ruang bagi cinta yang cuma-cuma," tutur Paus.

Teks setebal 142 halaman tersebut berfokus pada tema-tema spiritual, ketimbang menyerukan tindakan politik konkret.

Surat Paus tahun 2015 Laudato Si (Puji Tuhan) mendesak dunia untuk peduli terhadap lingkungan dan telah diakui oleh beberapa pemimpin dunia karena memengaruhi diskusi menjelang Perjanjian Paris 2016. Suratnya tahun 2020 Fratelli Tutti (Semua Saudara) menyerukan pertimbangan ulang kebijakan ekonomi setelah pandemi virus Korona global.

Surat baru tersebut justru menawarkan refleksi tentang praktik spiritual Katolik yang dipromosikan oleh seorang biarawati Prancis abad ke-17, Sr. Margaret Mary Alacoque, yang dilaporkan mengalami beberapa penglihatan tentang Yesus.

"Umat ??Kristen harus meniru kasih Yesus dengan juga peduli kepada mereka yang membutuhkan. Tidak ada cara yang lebih baik bagi kita untuk membalas kasih dengan kasih," kata Paus.

Perilisan dokumen kepausan itu terjadi saat Paus Fransiskus memimpin pertemuan puncak para pemimpin Katolik global selama sebulan di Vatikan, yang diharapkan akan merilis teksnya sendiri pada hari Sabtu.

Pembahasan seputar sebagian besar isu yang memecah belah yang awalnya menjadi bagian pertimbangan pertemuan puncak, seperti kemungkinan mengizinkan perempuan ditahbiskan sebagai pendeta Katolik, kini telah ditunda.

Baca Juga: