Paus Fransiskus saat menyampaikan doa Angelus pada Minggu (20/6) menyatakan dukungan bagi seruan pemberian bantuan pada pengungsi yang terancam kelaparan dalam konflik yang tengah terjadi di Myanmar.

VATIKAN - Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, pada Minggu (20/6), mendukung seruan pemberian bantuan untuk para pengungsi yang jadi korban dalam pusaran konflik politik di Myanmar

Dukungan Paus Fransiskus itu diutarakan setelah para uskup di Myanmar mengimbau kepada para pemimpin militer negara itu untuk mengizinkan bantuan menjangkau ribuan orang pengungsi yang kelaparan.

"Saya mendukung suara para Uskup Myanmar yang pekan lalu mengungkapkan seruan yang meminta perhatian seluruh dunia atas tragedi yang memilukan yang dialami ribuan rakyat Myanmar yang mengungsi dan sekarat karena kelaparan," ucap Paus dalam doa Angelus-nya.

"Kami memohon dengan segala hormat agar koridor kemanusiaan diizinkan dan mengimbau bahwa gereja, pagoda, biara, masjid, kuil, serta sekolah dan rumah sakit, harus dihormati sebagai tempat perlindungan yang netral," ucap Paus.

Myanmar saat ini berada dalam kekacauan sejak junta militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dan pemerintah yang dipimpin Partai National League for Democracy (NLD) dalam kudeta 1 Februari lalu.

Tindakan keras yang brutal terhadap perbedaan pendapat oleh junta, telah menewaskan sedikitnya 870 warga sipil dan hampir 5.000 pengunjuk rasa ditangkap menurut kelompok pemantau lokal.

Junta di Myanmar saat ini telah didesak agar memberikan akses perjalanan yang aman bagi masuknya bantuan kemanusiaan.

Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) memperkirakan bahwa dalam enam bulan ke depan, sebanyak 3,4 juta orang lagi akan kelaparan di Myanmar, dan terkait perkiraan itu, WFP menyatakan bahwa mereka siap untuk melipatgandakan bantuan pangan daruratnya.

Ulang Tahun Suu Kyi

Sementara itu pada Sabtu (19/6) dilaporkan bahwa para pengunjuk rasa antikudeta di Myanmar kembali turun ke jalan sambil mengenakan bunga di rambut mereka. Hal itu mereka lakukan karena pada Sabtu merupakan hari ulang tahun Suu Kyi yang saat ini masih dalam tahanan rumah dan pekan depan rencananya akan menghadapi sidang pengadilan lagi. Bunga yang diselipkan ke dalam sanggul, telah lama menjadi ciri khas Suu Kyi yang kini telah berusia 76 tahun.

Di Yangon, para pengunjuk rasa terlihat membentangkan spanduk di tiang listrik yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada Suu Kyi dan mengekspresikan solidaritas. "Selamat Ulang Tahun Ibu Aung San Suu Kyi. Kami akan tetap mendukungmu," demikian bunyi tulisan di spanduk.

Sementara itu Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat (18/6) telah mengeluarkan resolusi yang isinya menyerukan negara-negara anggotanya untuk mencegah aliran senjata ke Myanmar sebagai tanggapan atas kudeta yang dilakukan junta.

Menanggapi keluarnya resolusi itu, junta di Myanmar mengeluarkan pernyataan yang menolak resolusi tersebut pada Sabtu malam.

"Tindakan campur tangan dalam urusan internal yang melanggar kedaulatan (negara) tidak akan diterima," kata pernyataan itu. "Myanmar menolak resolusi tersebut secara keseluruhan," pungkas mereka. AFP/I-1

Baca Juga: