VATIKAN - Pemimpin Gereja Katolik dan sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, akan mengadakan doa lintas agama di situs Mesopotamia kuno Ur ketika mengunjungi Irak, minggu depan. Paus dijadwalkan akan ke Irak pada 5 hingga 8 Maret mendatang.
Doa lintas agama akan dihadiri oleh umat Kristen, Muslim, Mandaean-Sabaean, Yazidi, dan agama minoritas lainnya. Doa lintas agama itu bertujuan mengenalkan harmoni antara kelompok-kelompok agama dalam sebuah Misa yang dinamai Vatikan sebagai "Doa untuk putra dan putri Ibrahim".
Para arkeolog mengharapkan kunjungan Paus itu akan menarik perhatian baru ke tempat yang dihormati sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim tersebut.
Situs Mesopotamia kuno Ur populer di kalangan wisatawan negara Barat pada 1970-an dan 1980-an, tetapi semakin jarang dikunjungi akhir-akhir ini setelah perang puluhan tahun dan ketidakstabilan politik menghancurkan industri pariwisata internasional Irak. Krisis virus korona kini juga membuat turis lokal menjauh.
Terletak sekitar 300 km di selatan Baghdad, situs ini terdiri dari Ziggurat bergaya piramida dan kompleks perumahan yang berdekatan serta kuil dan istana. Situs arkeologi itu digali sekitar 100 tahun yang lalu oleh Leonard Woolley, seorang Inggris yang menemukan harta karun yang menyaingi penemuan harta karun di makam Tutankhamen, di Mesir.
Sejak penemuan itu, eksplorasi arkeologi semakin digiatkan. Ur adalah salah satu kota tertua di dunia, tempat permukiman perkotaan, tulisan, dan pusat kekuasaan negara dimulai.
Rumah Nabi Ibrahim
Menurut Direktur Badan Purbakala dan Warisan Negara Ur, Ali Kadhim Ghanim, kompleks di sebelah Ziggurat itu berasal sekitar tahun 1900 SM.
Kitab Kejadian Injil menjelaskan bahwa Ibrahim tinggal di kota itu sebelum Tuhan memanggilnya untuk menciptakan bangsa baru di tanah yang kemudian diketahui sebagai Kanaan.
"Inilah mengapa diyakini bahwa bangunan atau rumah ini adalah rumah Nabi Ibrahim," kata Ghanim sambil menunjuk ke kompleks permukiman tersebut.
Menurut Ghanim, permukiman tersebut dipulihkan pada tahun 1999, setelah pendahulu Paus Fransiskus, Paus Yohanes Paulus II, mengumumkan perjalanan ke Irak. Tetapi kunjungannya dibatalkan ketika negosiasi dengan pemerintah pemimpin Irak Saddam Hussein gagal.
Kali ini, Ghanim berharap kunjungan Paus Fransiskus akan menarik perhatian internasional ke situs tersebut, yang sangat dibutuhkan untuk mendanai pekerjaan restorasi di istana dan kuilnya.
"Bukan hanya pariwisata, tapi kami yakin akan ada kunjungan ziarah oleh umat Kristiani," kata Ghanim.
Un Ponte Per, sebuah organisasi yang berbasis di Italia, bekerja dengan Program Pembangunan PBB membuat infrastruktur di sana seperti jalan setapak, tempat istirahat dan rambu-rambu untuk membantu pengunjung. Jalan-jalan di sekitar situs sedang direnovasi dan kabel listrik diperpanjang sebelum kunjungan Paus.
Tetapi tanpa dana yang memadai, Ghanim mengatakan bahwa pemerintahannya terbatas hanya untuk menahan kerusakan lebih lanjut pada situs tersebut, seperti menggali parit untuk mengalihkan air hujan dari reruntuhan.
Uskup Agung Basra Habib al-Naufaly menekankan tentang pentingnya arti simbolis kunjungan Paus Fransiskus pada 5-8 Maret nanti, karena Irak masih dalam pemulihan dari perang melawan ISIS yang menghancurkan sejumlah situs warisan Kristen.
n SB/thechronicleherald/P-4