BAGHDAD - Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, melakukan kunjungan pertama kalinya ke Irak pada Jumat (5/3) pekan lalu dengan memohon agar negara itu melindungi keragaman yang telah berusia berabad-abad, serta mendesak umat Islam untuk merangkul tetangga mereka beragama Kristen sebagai sumber daya yang berharga serta meminta komunitas Kristen yang amat sedikit, untuk terus bertahan.

Paus Fransiskus mengesampingkan pandemi virus korona dan masalah keamanan untuk melakukan kunjungannya ini setelah absen selama setahun di bawah penguncian (lockdown) di Kota Vatikan. Tujuan utamanya selama akhir pekan adalah untuk mendorong populasi Kristen Irak yang menyusut, yang dianiaya dengan kejam oleh kelompok ISIS dan masih menghadapi diskriminasi oleh mayoritas Muslim, untuk tinggal dan membantu membangun kembali negara yang hancur oleh perang dan perselisihan.

"Hanya jika kita belajar untuk memandang melampaui perbedaan kita dan melihat satu sama lain sebagai anggota dari keluarga manusia yang sama, maka kita bisa memulai proses yang efektif untuk membangun kembali dan menyerahkan kepada generasi mendatang dunia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih manusiawi," kata Paus dalam pidato sambutannya saat tiba di Irak,

Paus Fransiskus, 84 tahun, kemudian diajak keliling Baghdad dengan menumpang mobil BMWi750 lapis baja hitam, diapit oleh barisan polisi sepeda motor. Pemerintah Irak sangat ingin menunjukkan bahwa negaranya saat ini relatif stabilitas setelah kekalahan kekhalifahan ISIS. Meskipun demikian, tindakan pengamanan selama kunjungan Paus amat ketat.

Semua warga Irak menyambut kedatangan Paus Fransiskus dan beberapa orang terlihat berbaris di tepi jalan untuk menyemangati iring-iringan mobilnya. Sejumlah spanduk dan poster terpampang di Baghdad dengan gambaran Paus Fransiskus dengan tulisan "Kita Semua Bersaudara".

Beberapa orang yang berharap bisa untuk mendekati Paus, terlihat sangat kecewa dengan penjagaan keamanan yang ketat.

"Merupakan keinginan terbesar saya untuk bertemu dengan Paus dan berdoa untuk kesembuhan putri saya yang sakit. Tapi keinginan ini tidak terpenuhi," kata Raad William Georges, ayah tiga anak berusia 52 tahun yang mengatakan dia ditolak ketika hendak mencoba untuk melihat Paus Fransiskus selama kunjungannya ke Gereja Katedral Our Lady of Salvation di wilayah Karrada. "Kesempatan ini tidak akan terulang lagi," ujar dia. "Saya akan mencoba esok, saya tahu itu tidak akan terjadi, tetapi saya akan mencobanya," imbuh dia.

Paus Fransiskus mengatakan kepada wartawan di atas pesawat saat menuju Irak bahwa ia amat senang bisa melakukan perjalanan lagi dan mengatakan bahwa perjalanan pertamanya adalah ke Irak itu sangat simbolis karena negara ini merupakan tempat kelahiran dari Nabi Ibrahim yang sangat dihormati oleh umat Muslim, Kristen dan Yahudi.

"Ini adalah perjalanan simbolik," kata Paus. "(Perjalanan) ini juga merupakan kewajiban atas tanah yang teraniaya selama bertahun-tahun," imbuh dia.

Pada pertemuan dengan Presiden Barham Salih di sebuah istana di dalam Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad, Paus Fransiskus mengatakan umat Kristen dan warga minoritas lainnya di Irak patut mendapatkan hak dan perlindungan yang sama seperti mayoritas Muslim Syiah.

"Keragaman agama, budaya dan etnis yang telah menjadi ciri khas masyarakat Irak selama ribuan tahun adalah sumber daya yang berharga untuk dirangkul, bukan hambatan untuk dihilangkan," kata Paus. "Irak hari ini dipanggil untuk menunjukkan kepada semua orang, terutama di Timur Tengah, bahwa keragaman, alih-alih menimbulkan konflik, harus mengarah pada kerja sama yang harmonis dalam kehidupan masyarakat," imbuh dia.

Presiden Salih yang adalah warga etnis minoritas Kurdi Irak, mengamini seruan Paus itu. "Timur Tengah tidak bisa dibayangkan tanpa kehadiran umat Kristen," kata Salih. "Migrasi umat Kristen yang berkelanjutan dari negara-negara di timur akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi kemampuan orang-orang dari wilayah yang sama untuk hidup bersama," pidato Salih.

Kunjungan ke Irak ini sejalan dengan upaya lama dari Paus Fransiskus untuk meningkatkan hubungan dengan dunia Muslim, yang telah dipercepat dalam beberapa tahun terakhir dengan persahabatannya dengan seorang ulama Sunni terkemuka, Sheikh Ahmed el-Tayeb. Kinjungan Pasu ini akan mencapai ketinggian baru dengan pertemuannya pada Sabtu (6/3) dengan ulama terkemuka Syiah Irak, Ayatollah Ali al-Sistani, seorang tokoh yang dihormati di Irak dan sekitarnya.

Di Irak, Paus menyampaikan seruannya untuk toleransi di negara yang kaya akan keragaman etnis dan agama, tetapi sangat trauma oleh kebencian. Sejak invasi AS pada 2003 yang menggulingkan Saddam Hussein, telah terjadi kekerasan sektarian yang kejam antara Syiah dan Muslim Sunni, bentrokan dan ketegangan antara orang Arab dan Kurdi, dan kekejaman militan terhadap minoritas seperti Kristen dan Yazidi.

Beberapa orang Kristen yang tetap menyimpan ketidakpercayaan terhadap tetangga Muslim mereka dan menghadapi diskriminasi yang sudah lama ada sebelum munculnya ISIS.

Umat ??Kristen Irak, yang kehadirannya di sini hampir pada masa Kristus, pernah menjadi minoritas yang cukup besar di Irak, diperkirakan sekitar 1,4 juta. Tetapi jumlah mereka mulai menurun di tengah kekacauan pasca-2003 ketika militan Sunni sering menjadikan orang Kristen sebagai sasaran.

Umat ??Kristen Irak pun menerima pukulan lebih lanjut ketika ISIS pada 2014 menguasai Irak utara, dimana kelompok itu memaksa penduduk untuk mengungsi ke wilayah tetangga Kurdi atau lebih jauh.

Beberapa dari umat Kristen itu kini telah kembali ke Irak dan banyak dari mereka tetap mengungsi. Mereka yang kembali menemukan rumah dan gereja hancur. Banyak yang merasa terintimidasi oleh milisi Syiah yang menguasai beberapa daerah. Banyak umat Kristen Irak tidak dapat menemukan pekerjaan dan menyalahkan praktik diskriminasi di sektor publik, apalagi perusahaan terbesar dan pekerjaan publik di Irak sebagian besar dikendalikan oleh elit politik Syiah.

Bagi Paus, yang sering bepergian ke tempat-tempat di mana orang Kristen adalah minoritas yang teraniaya, orang-orang Kristen yang teraniaya di Irak merupakan martir. Di Gereja Katedral Our Lady of Salvation, Paus Fransiskus berdoa dan menghormati para korban salah satu pembantaian terburuk umat Kristen saat terjadi serangan pada 2010 di katedral itu oleh militan Islam yang menewaskan 58 orang.

Berbicara kepada para jemaah, Paus mendesak umat Kristiani untuk bertahan di Irak untuk memastikan bahwa komunitas Katolik, meskipun kecil seperti biji sesawi, terus memperkaya kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Pada Minggu (7/3), Paus Fransiskus akan memberi penghormatan pada korban tewas di alun-alun Kota Mosul yang dikelilingi oleh gereja-gereja yang hancur dan bertemu dengan komunitas Kristen kecil yang kembali ke kota Qaraqosh, di mana dia akan memberkati gereja mereka yang dirusak dan digunakan sebagai lapangan tembak oleh ISIS. SB/AP/I-1

Baca Juga: