Pihak intelijen Korsel menyatakan bahwa sebagian pasukan Korut yang dikirimkan ke Russia telah telah dikerahkan ke garis depan medan perang.

SEOUL - Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan (Korsel) menyatakan bahwa pihaknya tengah memastikan kemungkinan dimana sebagian personel militer Korea Utara (Korut) termasuk jenderal tingkat tinggi, telah dikerahkan ke garis depan medan perang.

Dalam audit dan inspeksi Majelis Nasional Korea yang digelar secara tertutup pada Selasa (29/10), NIS menyatakan bahwa militer Russia telah mengajarkan 100 jenis istilah militer dalam bahasa Russia, namun militer Korut mengalami kesulitan, sehingga diperkirakan masalah komunikasi menjadi sebuah isu antara militer Russia dan Korut.

NIS juga melaporkan bahwa penerbangan khusus pemerintah Russia antara Moskwa dan Pyongyang pada 23-24 Oktober lalu diyakini menyertakan pejabat keamanan utama Russia yang terlibat dalam pengerahan pasukan Korut.

Ditambahkan pula, kedua negara kemudian mengakui adanya pengerahan pasukan Korut ke Russia setelah kunjungan ke Pyongyang itu.

"Korut juga sedang mempersiapkan untuk meluncurkan satelit mata-mata militer melalui kerja sama teknis dengan Russia. Sehingga pihaknya tengah mencermati segala jenis kemungkinan termasuk uji coba nuklir ke-7 setelah pemilu presiden Amerika Serikat ," ungkap NIS.

Selain itu, NIS menyatakan bahwa kerja sama antara Korut dan Russia di bidang ekonomi tampak berlangsung pesat sejak Juni lalu, dimana ada sebanyak 4 ribu orang tenaga kerja Korut juga dikirim ke Russia.

Sedangkan pihak militer Ukraina menyatakan bahwa 3.000 pasukan Korut tengah mendapatkan latihan militer di wilayah Kursk, Russia, yang dilakukan pada malam hari.

"Pejabat dari Kedutaan Besar Korut untuk Russia tiba di tempat latihan untuk memantau latihan militer tersebut termasuk melakukan penerjemahan," lapor militer Ukraina.

Sementara itu kantor berita KCNA pada Selasa melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Korut, Choe Son-hui,telah meninggalkan Pyongyang untuk mengunjungi Russia.

"Sebuah delegasi yang dipimpin oleh Menlu Choe meninggalkan Pyongyang pada Senin (28/10) untuk sebuah kunjungan resmi ke Russia," lapor KCNA.

Selama perjalanan, Menlu Choe diperkirakan akan membahas langkah-langkah tanggapan diplomatik mengenai pengiriman pasukan Korut di Russia. Diskusi antara Menlu Choe dan para pejabat Russia diprediksi juga akan membahas kunjungan pemimpin Korut, Kim Jong-un ke Russia di tahun depan, karena Kremlin sebelumnya telah mengisyaratkan kemungkinan kunjungan tersebut.

Tingkatkan Keamanan

Dalam laporannya kepada anggota parlemen pada Selasa, NIS juga menyatakan bahwa Korut telah meningkatkan keamanan untuk pemimpinnya, Kim Jong-un, karena kekhawatiran akan kemungkinan percobaan pembunuhan.

NIS membuat penilaian tersebut selama sesi audit parlemen, menurut Perwakilan Lee Seong-kweun dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa dan Perwakilan Park Sun-won dari oposisi utama Partai Demokrat, ungkap kantor berita Yonhap.

NIS memberitahu para anggota parlemen bahwa negara itu telah meningkatkan tingkat keamanan di sekitar Kim Jong-un karena adanya kemungkinan upaya pembunuhan terhadapnya dengan mengoperasikan kendaraan pengacau komunikasi dan peralatan deteksi drone, karena tercatat bahwa aktivitas publik Kim Jong-un tahun ini mencapai 110 kali atau naik sekitar 60 persen dari tahun lalu.

Mengenai putri Kim Jong-un yang bernama Kim Ju-ae, NIS mengatakan kepada para anggota parlemen bahwa mereka yakin Kim Ju-ae telah dipromosikan posisinya agar di kemudian hari bisa menggantikan posisi ayahnya.

"NIS meyakini bahwa jabatan Kim Ju-ae sebagian telah dinaikkan mengingat penampilan publiknya, termasuk saat ia dikawal oleh Kim Yo-jong, saudara perempuan Kim Jong-un yang berpengaruh. Keyakinan (akan menggantikan ayahnya) ini semakin menguat setelah lebih banyak penampilan Kim Ju-ae bersama ayahnya terkait dengan aktivitas militer," lapor Yonhap.AFP/KBS/Yonhap/I-1

Baca Juga: