Tentara junta dan pasukan pemberontak etnis minoritas saling baku tembak di Kota Pauktaw di wilayah barat Myanmar, setelah kota pelabuhan direbut oleh pasukan aliansi pemberontak.

YANGON - Pasukan junta Myanmar melancarkan serangan dari udara dan laut untuk merebut kembali kota pelabuhan di Teluk Benggala, kata aliansi oposisi pada Jumat (17/11). Langkah itu diambil setelah pasukan junta menghadapi serangan paling sengit dari musuh-musuh mereka selama bertahun-tahun.

Junta yang merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih dalam kudeta 2021, saat ini sedang berjuang melawan serangan terkoordinasi yang dilancarkan pada Oktober oleh aliansi tiga kelompok pemberontak etnis minoritas, serta sekutu pejuang prodemokrasi yang telah mengangkat senjata sejak kudeta.

"Militer menyerang kota pelabuhan Pauktaw dengan helikopter dan tembakan artileri dari kapal angkatan laut, setelah kami merebut kantor polisi kota itu pada pagi hari," kata aliansi oposisi melalui media sosial Telegram, merujuk pada pertempuran di Negara Bagian Rakhine, Myanmar barat, pada Kamis (16/11).

"Pada malam hari, pasukan junta datang ke kota dan menembak serta membunuh warga sipil," kata aliansi tersebut.

Kota pelabuhan Pauktaw berjarak sekitar 500 kilometer di sebelah barat laut kota utama Myanmar, Yangon. Serangan tersebut, yang oleh aliansi pemberontak disebut Operasi 1027, adalah serangan terbesar yang pernah dihadapi junta selama bertahun-tahun.

Dalam beberapa hari terakhir, tiga kelompok pemberontak yang bersekutu dengan pejuang prodemokrasi dan pemerintahan sipil prodemokrasi, telah merebut beberapa kota dan pos militer di seluruh negeri.

Sementara itu portal berita Irrawaddy yang mengutip keterangan seorang warga Pauktaw, menyebutkan anggota kelompok gerilya Tentara Arakan (AA) sebelumnya telah menguasai kota tersebut. "Semua warga melarikan diri. Tidak ada seorang pun di kota, semua toko tutup," kata warga tersebut.

Strategi Aliansi

Pertempuran juga terjadi di Negara Bagian Shan di perbatasan dengan Tiongkok, di mana para pemberontak berjanji untuk merebut kendali wilayah tersebut dari junta dan memberantas pusat-pusat penipuan online yang beroperasi secara ilegal di sana.

Beberapa pekan sebelum bentrokan, para pejabat Tiongkok meminta junta mengambil tindakan lebih tegas terhadap pusat-pusat penipuan di mana warga negara Tiongkok dan warga negara asing lainnya diketahui terjebak sebagai korban perdagangan manusia.

Ratusan ribu orang telah diperdagangkan untuk bekerja di pusat-pusat penipuan di Asia tenggara dalam beberapa tahun terakhir, termasuk setidaknya 120.000 orang di Myanmar, merampok tabungan online orang asing dalam jenis kejahatan baru yang berkembang pesat, kata PBB.

Juru bicara junta, Zaw Min Tun, menuduh aliansi pemberontak berusaha mendapatkan dukungan Tiongkok untuk tujuan mereka.

"Tiongkok sangat ingin menghilangkan aktivitas penipuan online, dan (aliansi) menggunakan situasi tersebut dengan strategi untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasi mereka," katanya dalam sebuah pernyataan pada Kamis.

Dalam bentrokan sebelumnya, lusinan tentara junta telah menyerahkan diri pada pasukan kelompok bersenjata etnis minoritas dan ada lebih banyak lagi yang melarikan diri ke negara tetangga, India.

Junta mengatakan mereka sedang memerangi teroris dan telah memerintahkan semua staf pemerintah dan mereka yang memiliki pengalaman militer untuk bersiap bertugas jika terjadi keadaan darurat.Rtr/ST/I-1

Baca Juga: