Jet tempur junta Myanmar telah membombardir sebuah kota perbatasan di Negara Bagian Kachin. Junta mengatakan aksi itu sebagai sebuah serangan balik untuk memerangi kelompok etnis bersenjata.

YANGON - Militer Myanmar melancarkan serangan udara, membom wilayah yang dikuasai kelompok etnis bersenjata di perbatasan dengan Tiongkok, kata juru bicara pemberontak kepada kantor berita AFP pada Rabu (1/11).

Serangan tersebut terjadi ketika militer berupaya memerangi aliansi kelompok bersenjata di wilayah utara dimana junta telah kehilangan kekuasaannya dan merupakan lokasi bagi investasi Tiongkok.

"Sebuah jet militer menyerang sebuah lokasi dekat Kota Laiza di Negara Bagian Kachin pada pukul 12.45 waktu setempat," kata juru bicara Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), Kolonel Naw Bu, kepada AFP.

Naw mengatakan belum ada rincian mengenai korban jiwa dalam serangan itu, dan menambahkan bahwa serangan itu terjadi sehari setelah sebuah jet tempur menjatuhkan tiga bom di Laiza hingga menewaskan satu orang dan melukai dua belas orang lainnya.

Pada Selasa (31/10), seorang tentara dan petugas keamanan tewas ketika KIA berusaha merebut jalan utama di Negara Bagian Kachin, menurut surat kabar Global Light of New Myanmar yang dikendalikan junta.

Junta mengatakan bahwa mereka telah melakukan serangan balik yang tepat sasaran, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. "Negara tetangga telah diperingatkan sebelumnya," ungkap militer Myanmar.

Di negara bagian tetangga, Shan, ribuan orang dilaporkan mengungsi setelah tiga kelompok etnis bersenjata lainnya melancarkan serangan terkoordinasi terhadap junta pada Jumat (27/10) lalu.

Sanksi Barat

Sementara itu Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris, pada Selasa menargetkan sanksi baru terhadap sumber-sumber pendukung rezim militer Myanmar. Sanksi baru itu dimaksudkan untuk memutus kemampuan sumber-sumber itu untuk membeli senjata.

Pembatasan baru ini dilakukan lebih dari dua tahun setelah kudeta militer yang juga melancarkan kampanye kekerasan terhadap aktivis demokrasi.

"Rezim militer Burma telah berulang kali melukai warga sipil dalam serangan udara, menekan gerakan pro-demokrasi, menghancurkan rumah dan infrastruktur, serta membuat jutaan orang mengungsi sejak melancarkan kudeta," kata Kementerian Keuangan AS.

Kementerian itu menambahkan bahwa sanksi terbaru ini menargetkan perusahaan dan individu, termasuk pejabat pemerintah, yang melanggengkan atau memfasilitasi kekerasan di negara Asia tenggara itu, seperti terhadap perusahaan minyak dan gas milik negara Myanmar.

Kementerian Keuangan AS juga menjatuhkan sanksi terhadap tiga perusahaan serta lima orang yang telah membantu rezim militer mengimpor senjata dan barang-barang lainnya.

Dalam pernyataan terpisah, Inggris mengumumkan sanksi terhadap lima individu dan satu entitas yang terlibat dalam menyediakan layanan keuangan kepada rezim tersebut atau memasok barang-barang yang dibatasi. Sedangkan pihak berwenang Kanada menambahkan bahwa dengan tindakan terbaru mereka, negara tersebut kini telah menargetkan 95 individu dan 63 entitas.AFP/I-1

Baca Juga: