YANGON - Pasukan junta Myanmar telah membakar lebih dari 500 rumah di lima desa selama tiga hari terakhir di wilayah Sagaing. Hal itu diungkapkan penduduk lokal pada Kamis (28/4), di mana hampir tiga perempat kota telah terputus dari akses internet sejak awal Maret di tengah serangan militer yang sedang berlangsung.

"Pembakaran terjadi antara 25 April dan 27 April di Kota Praja Sagaing, Mingin, Khin Oo, dan Shwebo," kata penduduk kepada kantor berita RFA, yang berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan.

Tentara menghancurkan sekitar 200 dan 70 rumah di Desa Thanbauk dan Zinkale Mingin pada 25 April, sekitar 220 rumah di Desa Thanboh Khin Oo pada hari berikutnya, dan sejumlah rumah yang belum dikonfirmasi di Desa Malar dan Makhauk Shwebo pada malam 27 April, kata mereka. Sedangkan jumlah rumah yang dibakar di Kota Shwebo belum diketahui karena warga masih bersembunyi.

Seorang warga Khin Oo mengatakan bahwa kebakaran di Thanboh terjadi pada pagi hari pada 26 April setelah dua unit pasukan memasuki desa tersebut.

"Api berkobar hampir sepanjang hari dan baru padam sekitar pukul 17.00 WIB," kata dia. "Ada lebih banyak penggerebekan sejak mereka memutus internet. Lebih banyak pasukan telah dibawa dan ada lebih banyak kekejaman yang dilakukan, seperti membakar rumah dan membunuh orang," imbuh dia.

Aung San Myint, seorang warga desa berusia 35 tahun yang ditangkap selama penggerebekan di Desa Thanbo dan dipaksa bekerja sebagai pemandu, kemudian ditembak mati oleh tentara yang menahannya, kata dia.

Penduduk mengatakan di Desa Thanboh terdapat sekitar 300 rumah dan berdekatan dengan Desa Magyee Tone, di mana banyak anggota milisi Pyu Saw Htee yang projunta tinggal.

Seorang penduduk kota kecil Kyauk Myaung, yang enggan disebutkan jati dirinya karena alasan keamanan, mengatakan serangan itu kemungkinan terjadi setelah informan melaporkan kepada tentara bahwa anggota paramiliter Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) antijunta aktif di daerah tersebut.

Sumber lain mengatakan bahwa unit militer yang berbasis di Kota Praja Kalemyo bertanggung jawab atas serangan pembakaran itu. Saat melakukan aksinya, unit militer itu didampingi oleh milisi Pyu Saw Htee.

Bantahan

Menanggapi laporan aksi bumi hangus di Sagaing, wakil menteri informasi junta, Mayjen Zaw Min Tun, pada 4 April lalu mengatakan bahwa tentara tidak bertanggung jawab atas serangan pembakaran di Sagaing.

"Beberapa PDF dan kelompok (etnik bersenjata) menyerang desa-desa di mana milisi (projunta) telah dibentuk," kata dia. "Mereka membakar desa ketika mereka pergi dan menyalahkan militer atau Pyu Saw Htee. Ketika desa-desa dihancurkan oleh api, (junta)lah yang harus membangunnya kembali. Jadi, kami tidak punya alasan untuk membakar desa-desa," imbuh dia.

Menurut Data for Myanmar, sebuah kelompok penelitian yang memantau bagaimana konflik mempengaruhi masyarakat, baru-baru ini mengatakan bahwa pada 16 April, pasukan junta telah membakar lebih dari 9.000 rumah di seluruh negeri sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari 2021. Lebih dari 60 persen rumah yang dibakar itu sebagian besar berada di Sagaing, kata kelompok itu. RFA/I-1

Baca Juga: