Merauke diproyeksikan menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan beras nasional dalam dua tahun ke depan.

JAKARTA - Pemerintah diminta membuat perencanaan yang matang dan komprehensif sebelum memutuskan untuk membangun lumbung pangan di satu daerah. Hal itu agar program yang menyedot anggaran cukup besar itu bisa berlanjut dan benar-benar ada hasilnya berupa tambahan pasokan produk pertanian. Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwijono Hadi Darwanto, yang diminta tanggapannya di Yogyakarta, Jumat (13/9), mengatakan sebelum program "Food Estate" di Merauke, Papua Selatan, program serupa sebelumnya pernah dilaksanakan, namun terhenti karena permasalahan irigasi. "Dulu, irigasinya diserahkan ke swasta sehingga biaya irigasi menjadi tinggi dan tidak mampu mengairi sawah," jelas Dwijono.

Kondisi itu menyebabkan proyek tersebut sempat ditinggalkan, dan baru dilanjutkan kembali saat ini. Menurut Dwijono, kunci sukses dari proyek tersebut adalah pembenahan irigasi agar air dapat mengaliri sawah secara memadai. Selain itu, perlu ada kesiapan sarana produksi seperti pupuk dan tenaga kerja, baik manusia maupun mesin, terutama dalam pengolahan lahan yang sebelumnya merupakan lahan kering. "Benih yang baik membutuhkan syarat tumbuh yang tepat, dan tanpa irigasi yang memadai, lahan sawah tersebut akan sulit produktif," tambah Dwijono.

Supaya program itu memberikan hasil yang optimal maka penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa seluruh infrastruktur pendukung, khususnya irigasi, sudah siap sebelum melanjutkan proyek ini lebih jauh. Melihat tantangan yang ada, program tersebut jelas Dwijono tidak hanya memerlukan komitmen dari pemerintah, tetapi juga kolaborasi yang kuat dengan berbagai pihak guna memastikan keberlanjutan proyek tersebut dalam jangka panjang.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, mengatakan program ekstensifikasi seharusnya mempertimbangkan lokasi yang strategis. "Saya rasa Papua bukan lokasi yang tepat karena beras bukan makanan utama penduduk Papua," tegas Ether. Jika beras hasil produksinya dikirim ke Jawa atau Indonesia bagian barat maka biayanya akan mahal sehingga harga pokok penjualan (HPP) beras pun akan mahal. Secara teknis, kata Esther, harus dilihat apakah Papua cocok untuk dibuat sawah. Selain itu, program intensifikasi bisa dilakukan dulu karena lahan sudah ada. Teknologi, infrastruktur, dan sarana prasarana (sarpras) pertanian serta bimbingan teknis untuk petani harus dimaksimalkan untuk peningkatan produksi beras.

Program Strategis Nasional

Sebelumnya, Komandan Satgas BKO Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Mayjen TNI Ahmad Rizal Ramdhani, menegaskan program lumbung pangan nasional sejuta hektare sawah di Merauke, Papua Selatan, merupakan program strategis nasional, dan bukan merupakan program investasi dari proyek swasta. "Pembangunan satu juta hektare sawah di Merauke adalah program strategis nasional dan bukan merupakan investasi atau proyek swasta karena semua dibiayai dan dikerjakan atas nama negara," kata Ahmad Rizal saat mengunjungi langsung masyarakat Kampung Wogikel dan Kampung Wanam, Distrik Wanam, Merauke, sebagaimana keterangan diterima di Jakarta, Jumat (13/9).

Rizal mengatakan program strategis nasional pembangunan satu juta hektare sawah murni untuk menyejahterakan masyarakat pedalaman Papua khususnya di Merauke Papua Selatan. "Program strategis nasional dilakukan di Merauke karena pemerintah melihat Merauke memiliki potensi yang luar biasa sumber daya pertaniannya. Lahannya luas dan datar, subur, airnya juga melimpah, cuaca juga sangat mendukung untuk budi daya padi sepanjang tahun," kata Ahmad. Menurut dia, program cetak sawah satu juta hektare di Merauke akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat karena sejalan dengan itu, akan terbangun infrastruktur jalan dan jembatan, serta fasilitas umum dan sosial mulai dari tingkat kampung sampai kabupaten yang memadai.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, sebelumnya mengunjungi Distrik Wanam, Merauke, pada akhir Agustus 2024 lalu, mengatakan Merauke diproyeksikan menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan beras nasional dalam dua tahun ke depan. "Kita optimis dua tahun ke depan swasembada plus dimulai dari sini," ujarnya. Dalam program cetak sawah seluas satu juta hektare di Merauke, turut dibangun pula infrastruktur pendukung, di antaranya pembangunan jalan sepanjang 135,5 km dari Ilwayab hingga Ngguti.

Baca Juga: