JAKARTA - Namanya Paskalis Pigai. Dia, anak muda kelahiran Papua. Putra asli bumi Cendrawasih. Paskalis mungkin sedikit beda dengan anak Papua pada umumnya soal pekerjaan yang didambakan. Ketika yang lain, memilih ingin jadi Aparatur Sipil Negara (ASN), Paskalis memilih jalur lain.

Ia ingin jadi videografer dan fotografer profesional. Paskalis yakin, meski tak jadi ASN, ia bisa memberi kontribusi pada tanah kelahirannya. Lewat profesi yang digelutinya, ia ingin memajukan Papua, tanah kelahiran.

Kepada Koran Jakarta, ia bercerita bahwa potensi masyarakat di wilayah Papua dan Papua Barat sebenarnya banyak sekali. Potensi bisa jadi kekuatan atau modal dalam mendorong pengembangan perekonomian di wilayah timur.

Ia contohkan dirinya, yang punya bakat fotografi dan videografi. Ia berharap, lebih banyak lagi pemuda dan pemudi asli Papua yang bisa maju lewat profesi lain, tidak melulu mengejar cita-cita jadi ASN.

Ibarat pepatah, banyak jalan menuju Roma. Banyak jalan pula untuk memajukan Papua."Saat ini harus diakui lebih banyak orang, berangan-angan menjadi ASN ketimbang menjadi profesional di sini (di Papua)," kata Paskalis, di Jakarta, Sabtu (15/8).

Kini, dengan keahliannya, Paskalis, menjadi seorang fotografer yang mulai diperhitungakan di kelompoknya. Melalui PT Papua Project yang didirikannya, dia menjadi seorang profesional di bidang foto dan videografi. Paskalis jugadipilih oleh rekan-rekannya menjadi ketua Komunitas Fotografi Manokwari.

Menanggapi perekrutan ASN di Papua, Paskalis yang juga co-founder PT Papua Muda Inspiratif berpendapat, harus diakui masih ada masalah dan polemik di tengah masyarakat Papua soal ini.

Ada yang berpendapat untuk ASN harus mayoritas anak asli Papua. Padahal, menurut Paskalis, ada banyak pilihan karier lain yang dapat ditempuh selain PNS. Seperti yang ditekuninya saat ini. Namun, dia menghargai pendapat soal mayoritas pemuda Papua yang masih bercita-cita jadi ASN.

"Saya memilih berwirausaha karena bekerja bebas, bisa buka lapangan pekerjaan untuk orang lain dan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi," kataPaskalis.

Seperti diketahui, mengutip data Kementerian Keuangan, sejak awal Undang-Undang Otonomi Khusus (Otsus) Papua berlaku, total yang dicairkan pemerintah untuk Papua dan Papua Barat sebesar 126,99 triliun rupiah. Dana Otsus yang diterima oleh Papua sebesar 93,05 triliun rupiah sejak 2002 dan Papua Barat sebesar 33,94 triliun rupiah sejak 2009. ags/N-3

Baca Juga: