JAKARTA - Kebutaan adalah dampak serius dari diabetes mellitus (DM) yang jarang diketahui sebagian besar masyarakat, bahkan oleh penderita diabetes sendiri. Risiko gangguan mata hingga kebutaan akibat diabetes disebut Retinopati Diabetik, dan merupakan 3 besar komplikasi diabetes terbanyak dan penyebab kebutaan global ke-5 terbesar.

DM merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Padahal insulin cukup penting sebagai hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.

Pada penderita DM, risiko kebutaan retinopati diabetik terjadi saat kadar darah yang tinggi merusak pembuluh darah di retina mata. Pembuluh darah akan bocor sehingga muncul bintik-bintik perdarahan di retina. Dampaknya penglihatan menjadi kabur hingga buta.

"Kerusakan pada retina ini sering tidak dirasakan oleh pasien terutama pada fase-fase awal penyakit, sehingga banyak pasien yang datang berobat pada keadaan yang sudah lanjut. Perlu diingat Kondisi ini akan bersifat permanen apabila tidak segera ditangani dengan tepat," jelas dokter spesialis mata Prof. dr. Arief S Kartasasmita, SpM(K), PhD, dalam webinar berjudul "Fight Against Blindness fromDiabetes" Jumat (11/12).

Walaupun masih dalam masa Pandemi Covid-19, para pasien diabetes diimbau untuk tetap melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin, tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Langkah ini perlu dilakukan guna memastikan penyakitnya tetap terkendali serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya perburukan penglihatan.

Berdasarkan hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan oleh Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dalam kurun 2014 hingga 2016, sebanyak delapan juta orang mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 1,6 juta menderita kebutaan, dan 6,4 juta menderita gangguan penglihatan skala sedang hingga berat.

Secara global menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya 2,2 miliar orang mengalami gangguan penglihatan atau kebutaan. Sekitar 1 miliar orang diantaranya memiliki gangguan penglihatan yang sebenarnya bisa dicegah atau belum ditangani, dan 3 juta orang memiliki gangguan pengelihatan atau buta akibat retinopati diabetik.

Perlu Edukasi

Dalam upaya pencegahan dan penanganan dini gejala retinopati diabetik pada penderita diabetes di Indonesia, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesiabersama Novartis Indonesia mengadakan kampanye "Fight Against Blindness from Diabetes." Dalam kampanye tersebut akan dilakukan pemeriksaan sebanyak 10.000 pasien diabetes di beberapa kota besar Indonesia.

"Selain screening di sejumlah puskesmas, klinik dan rumah sakit, kami juga mengedukasi pasien dan juga masyarakat luas mengenai risiko buta akibat DM. Kampanye ini bersinambung dengan semangat peringatan Hari Pengelihatan Dunia pada 14 Oktober lalu dan Hari Diabetes Sedunia pada 14 November," jelas Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia dr. M Sidik, SpM(K).

Kampanye Fight Against Blindness from Diabetes bertujuan memberikan pengertian agar penderita diabetes tetap menjaga kesehatan selama pandemi. Pasalnya tubuh penderita lebih rentan mengalami keparahan jika mengalam infeksi Covid-19.

Spesialis mata dr Yeni D Lestari, SpM(K) mengatakan, lebih dari 60 persen pasien DM memiliki gangguan penglihatan yang disebabkan oleh berbagai kelainan seperti katarak, kelainan refraksi, glaukoma, diabetik retinopati, dan lain lain.

Faktanya, banyak pasien yang tidak memeriksakan matanya karena belum memiliki keluhan atau tidak sempat periksa mata karena harus berobat untuk kompllikasi DM lainnya. Gangguan penglihatan dan kebutaan akan menurunkan kualitas hidup pasien dan menjadi beban keluarga, masyarakat dan juga Pemerintah.

"Pemeriksaan/skrining mata pada pasien DM sangat penting untuk mencegah kebutaan dan harus menjadi bagian dari layanan rutin yang disediakan oleh fasilitas kesehatan terutama di fasilitas kesehatan primer," tambahnya.

Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Advocacy Novartis Indonesia Hanum Yahya mengatakan, "Untuk dapat mencegah dan mengobati Retionopati Diabetik diperlukan pemeriksaan dini agar dapat diketahui perawatan serta pengobatan yang tepat," ujar dia.

Dengan data yang akurat kata Hanum, dapat juga memberikan indikasi beban sosial dan ekonomi yang dapat disebabkan oleh kebutaan. Karena itu penting bagi para pemangku kepentingan dalam mengedukasi masyarakat sebagai upaya pencegahan gangguan penglihatan, khususnya yang diakibatkan oleh penyakit diabetes, sehingga banyak mata yang dapat diselamatkan. Hay/G-1

Baca Juga: