Sebanyak 100.000 pasien tahunan di Pusat Medis Universitas Radboud (Radboudumc), Belanda mendapat perawatan medis dengan bantuan teknologi virtual reality (VR).
VR adalah teknologi yang dapat membantu penggunanya untuk mendapatkan visual dan berinteraksi seperti dunia nyata. Pengguna biasanya menggunakan sarung tangan, perangkat headphone, dan perangkat lainnya untuk mengakses lingkungan imajiner yang dihadirkan VR.
Teknologi VR yang sudah ada di Radboudumc menawarkan berbagai aktivitas untuk pasien dengan melibatkan gerakan fisik seperti permainan, latihan untuk kesadaran diri, dan meditasi. Salah satu pasien yang sudah mencoba terobosan medis ini adalah pemuda bernama Yoran. Yoran mengaku bahwa teknologi ini dapat membantu dirinya (Yoran) untuk menikmati apa yang biasanya ia (Yoran) sukai.
"Dengan ini, aku bisa bersantai dan melarikan diri dari sini tanpa harus pergi secara fisik," jelas Yoran, dilansir dari WHO, Selasa (25/6).
Pasien seperti Yoran telah merasakan dampak positif dari solusi kesehatan digital mutakhir di Radboudumc sejak tahun 2022. Radboudumc telah melakukan investasi besar dalam perombakan digital berskala besar pada beberapa sistemnya.
Teknologi ini mengubah perawatan kesehatan dengan menyajikan kenyamanan bagi pasien dan membantu para tenaga medis dalam memberikan perawatan yang lebih profesional dan personal.
Pasien-pasien, terutama pasien yang diinapkan dengan jangka waktu panjang, sering mengalami ketidaknyamanan mental karena jenuh, stres, dan cemas yang berlebih.
Tanpa harus meninggalkan tempat tidur, pasien dapat mengatur pencahayaan, tirai, bahkan memanggil staf dan pekerja medis untuk datang melalui teknologi VR.
Elemen luar biasa dari VR ini adalah fungsional gandanya. Selain untuk mengatasi kejenuhan pasien dengan hiburan, VR juga digunakan tenaga medis untuk terhubung lebih dalam dengan pasiennya.
Dengan persetujuan bersama, tenaga medis dapat melihat konten yang sedang dinikmati pasien melalui VR secara bersama. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk berinteraksi dan membimbing pasien melalui ikatan dengan skrip permainan.
Beberapa tahun lalu, Radboudumc kedatangan pasien bangsal trauma akibat kecelakaan yang sangat parah. Kecelakaan tersebut mengakibatkan hampir seluruh tulang pasien tersebut patah. Radboudumc mendorong pasien tersebut untuk mencoba teknologi VR untuk penyembuhannya.
"Dia memilih skrip tentang berenang dengan lumba-lumba. Meskipun dia memakai headset besar ini, kamu masih bisa melihat emosi di wajahnya. Itu membuatnya menangis. Setelahnya, dia bercerita bahwa dia dulu pergi snorkeling saat liburan tetapi harus berhenti karena masalah kesehatan. Kenangan favoritnya adalah berenang bersama lumba-lumba ibu dan bayinya. Dan sekarang dia bisa menghidupkan kembali kenangan indah itu di VR," kenang salah satu perawat di Pusat Medis Universitas Radboud, dikutip dari WHO, Selasa (25/6).
Sanne van Alphen, Petugas Informasi Keperawatan di Radboudumc menyatakan harapannya bahwa teknologi ini tidak hanya meningkatkan masa inap pasiennya di rumah sakit, melainkan mempersingkatnya.
Dia (van Alphen) juga berharap teknologi VR yang disediakan rumah sakit dapat melancarkan komunikasi dan pertukaran data bagi tenaga medis dan pasien.
"Dokter pasien di rumah harus dapat memberikan informasi kepada rumah sakit kami atau rumah sakit lainnya, sehingga kami tidak perlu meminta pasien untuk mengulangi seluruh riwayat medis mereka. Kami menghabiskan banyak waktu untuk menyusun informasi ini, dan kami lebih suka menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasien. Saya berharap alat digital dapat mempermudah," tambah van Alphen, dilansir dari WHO, Selasa (25/6).
Pendekatan inovatif terhadap perawatan kesehatan di Radboudumc sejalan dengan rencana program kesehatan digital WHO/Eropa, yang mendukung solusi untuk pasien dan dapat diukur pada tingkat negara atau regional untuk membentuk kesehatan masyarakat dan sistem kesehatan di era digital.