JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan koreksinya, hari ini (21/2). Pelaku pasar cenderung menunggu alias wait and see sejumlah data ekonomi seperti PMI manufaktur Amerika Serikat (AS) dan suku bunga Tiongkok.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Selasa (21/2), bergerak cenderung melemah dengan support di 6.803 dan resistance di level 6.946.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/2) sore, ditutup melemah terbatas mengikuti pelemahan bursa saham di tingkat global.

IHSG ditutup melemah 0,99 poin atau 0,01 persen ke posisi 6.894,7. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 0,47 poin atau 0,05 persen ke posisi 954,8.

"Pergerakan IHSG hari ini cenderung lesu sejalan dengan mayoritas indeks global yang mengalami pelemahan," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Pelemahan IHSG juga dipicu oleh saham sektor energi yang melemah seiring dengan menurunnya harga komoditas batu bara yang kembali menyentuh level psikologi 200 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.

Dari dalam negeri, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencapai surplus 4,7 miliar dolar AS pada kuartal IV-2022, atau meningkat dibandingkan defisit sebesar 1,4 miliar dolar AS pada kuartal IV-2022.

Surplus NPI tersebut ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang tinggi dan perbaikan defisit transaksi modal dan finansial.

Dibuka menguat, IHSG cenderung bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih nyaman bergerak di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

Baca Juga: