Para pelaku pasar dan investor dihadapkan pada investasi di obligasi berdurasi menengah hingga panjang.

JAKARTA - Pasar Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan masih dapat menguat, namun terbatas. Harga SUN pun diperkirakan masih bergerak bervariasi. Untuk itu, pelaku pasar harus jeli dalam membuat kebijakan dalam menjual surat utang yang dimilikinya. Kepala Riset PT Indomitra Sekuritas Maximilianus, Nico Demus, menuturkan pasar obligasi diperkirakan menguat dengan potensi menguat terbatas.

Apalagi bagi obligasi bertenor lima tahun dan 10 tahun, penguatan akan menjadi sangat terbatas. "Oleh sebab itu, menjual di harga tertinggi saat ini merupakan keputusan yang bijak, karena sewaktu-waktu obligasi lima tahun dan 10 tahun bisa berbalik arah menjadi penurunan," ungkap dia, Kamis (10/8).

Nico mengungkapkan penguatan yang sudah memiliki kepastian berada di obligasi 15 tahun dan 20 tahun yang memiliki ruang untuk menguat lebih besar. Tentu hal ini akan menjadi menarik karena para pelaku pasar dan investor dihadapkan agar dapat berinvestasi di obligasi berdurasi menengah hingga panjang.

Beralih dari sana, kekhawatiran masih akan datang dari geopolitik Korea Utara dan Amerika Serikat yang saat ini sedang mencapai tensi yang cukup tinggi. Tingginya tensi antara kedua negera ini, menyebabkan para pelaku pasar dan investor berpotensi untuk pindah ke asset safe haven, emas dan obligasi menjadi salah satu pilihan investasinya.

"Hal ini tentu dapat mendorong harga obligasi dapat menguat," terang Nico. Adapun total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 3-5 tahun, diikuti tenor 7-10 tahun, dan 15-20 tahun. Pasar obligasi pada perdagangan kemarin masih terlihat optimistis dan bergairah, seiring dengan penguatan obligasi yang terjadi.

"Pelan tapi pasti, imbal hasil obligasi 10 tahun semakin menurun, tentu hal ini menjadi berita yang baik apabila memang penurunan imbal hasil obligasi ini konsisten," tutup Nico.

Jangka Pendek Naik

Sementara itu, analis MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra, mengatakan harga SUN diperkirakan masih akan bergerak bervariasi dengan peluang mengalami penguatan di tengah ketegangan geopolitik di semenanjung Korea yang mendorong adanya peningkatan permintaan terhadap safe haven bonds.

"Kami perkirakan US Treasury akan kembali mengalami penurunan yang dampaknya akan meningkatkan harga SUN," ujar dia. Pihaknya merekomendasikan seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0054, ORI013, dan FR0063. Adapun secara teknikal, harga seri-seri SUN jangka pendek terlihat mengalami tren kenaikan.

"Namun, pergerakan harga SUN dalam jangka pendek masih akan terbatas disebabkan harga SUN yang telah memasuki area jenuh beli," tukasnya. Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, menuturkan di tengah penjualan ritel yang belum pulih, diharapkan pelonggaran moneter meningkat. Meski begitu, sentimen positif dari penguatan yang terjadi di Indeks Harga Saham gabungan (IHSG), serta SUN juga bisa meminta apresiasi rupiah lanjutan.

"Harapan pelonggaran moneter yang meningkat semakin tecermin di pasar SUN dengan yield yang semakin turun, serta pertumbuhan penjualan ritel Juli 2017 yang melambat menjadi faktor pendukung tambahan sehingga diperlukannya stimulus moneter, walaupun tidak selalu berarti pemangkasan BI RR rate," kata Rangga. Adapun permintaan aset safe-haven meningkat akibat tensi antara Korea Utara dan AS yang juga meningkat.

Trump yang semakin fokus ke urusan geopolitik, membuat pesimisme terhadap stimulus fiskal meningkat - ini juga menekan dollar AS karena mengecilkan peluang kenaikan FFR target lanjutan. "Fokus juga tertuju pada angka inflasi AS yang diperkirakan meningkat," pungkasnya.

yni/AR-2

Baca Juga: