JAKARTA - Rupiah masih berpotensi menguat ke depan seiring optimisme pelaku pasar terhadap prospek perekonomian tahun ini. Namun, hal itu bisa berbalik arah apabila pandemi Covid-19 tak dapat ditangani secara baik sehingga menggelincirkan pertumbuhan ekonomi nasional ke zona negatif alias resesi.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal akan minus pada triwulan II-2020, namun itu dinilai merupakan awal kebangkitan ekonomi sehingga di kuartal berikutnya akan kembali positif.

Ibrahim menilai, hal tersebut harus dibarengi dengan penanganan pandemi Covid-19 yang efektif dan berjalan seiring dengan pembukaan aktivitas ekonomi sehingga kondisi perekonomian bisa pulih pada triwulan III dan triwulan IV.

Kalau itu terjadi, lanjutnya, maka pertumbuhan ekonomi domestik secara keseluruhan tahun akan bisa tetap di zona positif. "Ini membawa angin segar tersendiri bagi pelaku pasar untuk kembali masuk ke pasar dalam negeri sehingga ketakutan pasar akan kembali sirna," ujar Ibrahim di Jakarta, Rabu (29/7).

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (29/7) sore, ditutup terkoreksi jelang pengumuman hasil rapat bank sentral AS The Fed. Rupiah ditutup melemah 8 poin atau 0,05 persen menjadi Rp14.543 per dollar AS dari sebelumnya 14.535 rupiah per dollar AS.

Ant/E-10

Baca Juga: