Menjelang dihelatnya Pemilu Legislatif 2019, partai beramai-ramai merekrut para artis sebagai calon anggota legislatif yang akan diusungnya. Tercatat enam puluhan lebih artis yang digadang partai untuk maju bertarung di pemilu legislatif.

Para artis yang jadi caleg ini tersebar merata nyaris di semua partai peserta pemilu. Langkah partai rekrut artis dinilai tak berubah dari pemilu ke pemilu. Partai lebih mengedepankan cara instan dalam merekrut caleg dan juga suara di pemilu.


Untuk mengupas itu lebih lanjut, Koran Jakarta mewawancarai pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Bandung (Unpad, Bandung), Dr Muradi. Berikut petikan wawancaranya.


Bagaimana fenomena parpol ramai-ramai merekrut selebritas?


Bagi saya, partai berlomba-lomba mencalonkan artis atau para pesohor sebagai caleg, ini fenomena kemalasan.


Bukan pragmatisme politik?


Selain fenomena kemalasan, ini juga menunjukkan partai lebih mengedepankan pragmatisme politik dalam rekrutmen caleg.

Tujuannya dengan menggaet artis, ya tentunya partai ingin memperoleh suara sebanyak-banyaknya. Bagi partai, perolehan suara sebanyak mungkin di pemilu menentukan hidup mati mereka.

Apalagi mereka dihadapkan pada keharusan harus bisa lolos dari ambang batas parlemen atau parliamentary threshold.


Bukan kegagalan partai dalam melakukan kaderisasi?


Ya, banyak yang mengatakan begitu, dengan merekrut artis, partai gagal dalam melakukan kaderisasi.

Tapi saya melihatnya, lebih tepatnya, partai politik cenderung malas dan pragmatis. Karena partai politik yang ada tetap melakukan langkah dan kaderisasi politik.


Tapi, kenapa banyak tergoda menggadang artis?


Ya, realitas yang menguat dari hasil pengkaderan tersebut, ternyata tidak cukup mampu menjangkau target politik yang ada, terutama soal ambang batas parlemen.

Target partai kan lolos dari itu. Maka, nyaris semua partai kemudian mengambil jalan pintas dengan banyak mengusung para artis dan figur yang dikenal publik.


Ideologi dan platform partai diabaikan?


Sayangnya, ini dengan mengabaikan ideologi dan platform partai. Tapi semua partai ini targetnya salah satunya adalah lolos ambang batas parlemen.


Apa keuntungan menggadang artis atau para pesohor?


Bagaimanapun pengaruh artis atau figur publik dalam kontestasi politik, aspek dikenalnya oleh masyarakat, itu yang jadi pertimbangan partai.

Itu yang menjadi pintu masuk bagi kemungkinan dipilih dan sangat berpengaruh terhadap tingkat elektoralnya. Dengan mengusung artis, setidaknya partai politik tidak terlalu sulit mendekati calon pemilih untuk memastikan pilihannya.


Mereka para artis punya modal popularitas. Ini yang jadi daya tarik. Jadi, tidak susah kalau bicara tingkat popularitas. Sisanya, tinggal bagaimana partai bisa memaksimalkan bacaleg artinya untuk menawarkan program partai pada pemilih.

Jika dianggap baik, calon pemilih akan memilih bacaleg artis yang diusung oleh partai politik.


Jadi, sangat besar pengaruh artis di pasar elektoral?


Saya kira itu tidak dapat dipungkiri. Dengan menggaet artis, setidaknya pengaruh artis dalam penyampaian program serta visi misi partai sangat besar sekali, selain memang untuk meningkatkan perolehan suara. agus supriyatna/AR-3

Baca Juga: