Kepala Badan Pusat Statistis, Kecuk Suhariyanto, membahas beragam persoalan dan masalah terkait kondisi bangsa Indonesia di tengah hantaman pandemi virus korona atau Covid-19, mulai dari neraca dagang tahun 2020, kondisi pariwisata sepanjang 2020, sektor transportasi, dan inflasi di awal tahun 2021.

Lantas seperti apakah data-data yang diungkap BPS terkait kondisi di semua sektor yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dampak dari pandemi Covid-19. Berikut petikan wawancara wartawan Koran Jakarta, Fredrikus W Sabini, dalam beberapa kesempatan.

Hampir sepanjang tahun 2020, kita dihantam pagebluk pandemi Covid-19. Seperti apa dampaknya terhadap neraca dagang kita?

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2020 mencapai 163,31 miliar dollar AS atau menurun 2,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 155 miliar dollar AS atau menurun 0,57 persen (y-0-y).

Nilai impor seluruh golongan penggunaan barang selama Januari-Desember 2020 turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terjadi pada golongan barang konsumsi (10,93 persen), bahan baku atau penolong (18,32 persen), dan barang modal (16,73 persen).

Kenapa itu terjadi?

Tentu kita ketahui bersama bahwa tahun 2020 itu bisa disebut tahun yang luar biasa karena adanya pandemi. Pandemi membuat permintaan turun, namun jika melihat penurunannya posisi kita sebetulnya juga tidak buruk.

Negara mana saja pemasok impor nonmigas tahun 2020?

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Desember 2020 adalah Tiongkok senilai 39,35 miliar dollar AS (30,91 persen), Jepang 10,63 miliar dollar AS (8,35 persen), dan Singapura 8,12 miliar dollar AS (6,38 persen). Impor nonmigas dari ASEAN senilai 23,41 miliar dollar AS (18,39 persen) dan Uni Eropa senilai 10,09 miliar dollar AS (7,92 persen).

Bagaimana dengan kondisi ekonomi kita tahun lalu?

Ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen (c-to-c) dibandingkan tahun 2019. Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,04 persen. Sementara itu, dari sisi pengeluaran hampir semua komponen terkontraksi.

Komponen Ekspor Barang dan Jasa menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 7,70 persen. Sementara, Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar 14,71 persen.

Seperti apa kondisi ekonomi triwulan IV tahun 2020?

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 terhadap triwulan IV-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,19 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 13,42 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 7,21 persen. Sementara, Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar 13,52 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,42 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 20,15 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang tumbuh sebesar 27,15 persen.

Bagaimana dengan struktur ekonomi saat ini?

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada 2020 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,75 persen, dengan kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,51 persen.

Bagaimana dengan kunjungan wisatawan sepanjang tahun 2020?

Selama tahun 2020, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 4,02 juta kunjungan atau turun sebesar 75,03 persen jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 16,11 juta kunjungan.

Khusus untuk Desember tahun 2020, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami penurunan tajam sebesar 88,08 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan Desember 2019. Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya November 2020, kondisi ini mengalami peningkatan sebesar 13,58 persen.

Terkait transportasi, seperti apa perkembangan transportasi nasional?

Saya bagi ini ketiga sektor yakni udara, laut dan darat. Untuk angkutan udara, selama Januari-Desember 2020, jumlah penumpang domestik sebanyak 32,4 juta orang atau turun 57,76 persen, dan jumlah penumpang internasional sebanyak 3,7 juta orang atau turun 80,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2019.

Untuk angkutan laut, selama Januari-Desember 2020, jumlah penumpang mencapai 14,2 juta orang atau turun 40,66 persen dibanding dengan periode yang sama tahun 2019, sedangkan jumlah barang yang diangkut naik 1,61 persen atau mencapai 302,6 juta ton

Untuk darat (khusus kereta api) selama Januari-Desember 2020, jumlah penumpang mencapai 186,1 juta orang atau turun 56,40 persen dibanding periode yang sama tahun 2019. Hal yang sama untuk jumlah barang yang diangkut kereta api turun 5,19 persen menjadi 48,5 juta ton.

Bagaimana dengan inflasi Januari?

Pada Januari 2021 terjadi inflasi sebesar 0,26 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,95. Dari 90 kota IHK, 75 kota mengalami inflasi dan 15 kota mengalami deflasi. Kalau kita lihat pergerakan ini memasuki 2021 ini karena pandemi belum reda. Pandemi masih membayangi perekonomian di berbagai negara termasuk Indonesia.

Pandemi mempengaruh mobilitas masyarakat berkurang, roda ekonomi bergerak lambat, pendapatan masyarakat turun, ini juga mempengaruh permintaan

Kota mana saja yang mengalami inflasi tertinggi?

Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju sebesar 1,43 persen dengan IHK sebesar 105,54 dan terendah terjadi di Balikpapan dan Ambon sebesar 0,02 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,38 dan 105,54. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Baubau sebesar 0,92 persen dengan IHK sebesar 103,86 dan terendah terjadi di Pontianak sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 106,16.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Januari) 2021 sebesar 0,26 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2021 terhadap Januari 2020) sebesar 1,55 persen.

Bagaimana dengan indeks harga perdagangan besar Januari 2021?

Pada Januari 2021, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Umum Nasional naik sebesar 0,56 persen terhadap Desember 2020. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi pada Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,50 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Januari 2021 antara lain cabai rawit, kacang kedelai, wortel, kubis/kol, kelapa sawit, pupuk urea, dan besi beton.

Perubahan IHPB di tahun kalender 2021 adalah sebesar 0,56 persen dan perubahan IHPB tahun ke tahun sebesar 2,10 persen.

Adakah perkembangan nilai tukar petani (NTP) pada Januari?

NTP nasional Januari 2021 sebesar 103,26 atau naik 0,01 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,45 persen, lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,44 persen.

Pada Januari 2021 terjadi perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar 0,44 persen disebabkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok penyusun IKRT, terutama Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional Januari 2021 sebesar 104,01 atau naik 0,01 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

Perkembangan harga gabah dan beras di penggilingan apakah mengalami perubahan?

Selama Januari 2021, rata-rata harga GKP di tingkat petani 4.921 rupiah per kilo gram (kg) atau naik 3,03 persen dan di tingkat penggilingan 5.026 rupiah per kg atau naik 3,10 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.

Rata-rata harga GKG (gabah kering giling) di tingkat petani 5.318 rupiah per kg atau turun 0,73 persen dan di tingkat penggilingan 5.432 rupiah per kg atau turun 0,80 persen. Harga gabah luar kualitas di tingkat petani 4.478 rupiah per kg atau naik 0,88 persen dan di tingkat penggilingan 4.583 rupiah per kg atau naik 1,34 persen.

Pada Januari 2021, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar 9.780 rupiah per kg, turun sebesar 0,08 persen dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar 9.405 rupiah per kg atau naik sebesar 0,24 persen, dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar 9.036 rupiah per kg atau turun sebesar 0,21 persen.

Bagaimana dengan harga bahan pokok?

Iya benar, yang paling penting itu beras. Dua tahun pergerakannya memang stabil tidak memberi pengaruh terhadap inflasi. Kita harapkan tahun ini kembali stabil.

Dari hasil pengamatan citra satelit Desember 2020, situasi luas tanam dan potensi produksi beras yang dihasilkan Januari-Maret tahun 2021 aman makanya, diyakini harga dan pasokan stabil.

Tetapi pemerintah perlu antisipasi bencana banjir di sejumlah daerah karena bisa berpengaruh ke produksi. Itu jika banjir menggenangi area persawahan. Ini bisa menggangu suplai beras yang selanjutnya memicu lonjakan harga beras. Tetapi kita berharap pengaruhnya tidak terlalu buruk.

Bagaimana dengan hasil sensus penduduk yang baru-baru ini dilaksanakan?

Berdasarkan sensus penduduk 2020,penduduk Indonesia pada September tahun 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa.

Dibanding 2010, sensus tahun 2020 memperlihatkan penambahan jumlah penduduk sebanyak 32,56 juta jiwa atau rata-rata 3,26 juta per tahunnya. Rata-rata pertumbuhan sebesar 1,25 persen per tahun. Dibanding periode 2000-2010 terjadi perlambatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,24 poin.

Sejak RI melakukan sensus penduduk sejak tahun 1961 jumlah penduduk RI selalu meningkat.

Riwayat Hidup*

Nama : DR. Kecuk Suhariyanto

Tempat, tanggal lahir : Blitar, Jawa Timur, 15 Juni 1961

Hobi : Membaca, menulis dan berkebun

Pendidikan:

  • Akademi Ilmu Statistik (1983)
  • S-1 Hukum di Universitas Indonesia (1988)
  • S-2 Statitik Terapan di University of Guelph, Kanada (1991)
  • S-3 Ekonomi Pertanian di University of Reading, Inggris (1999)

Karier:

  • Bagian Statistik Agro Industri BPS (1983-1991)
  • Kepala Subbagian Perkebunan BPS (1991-1996)
  • Kepala Subdirektorat Tanaman Pangan BPS (2003-2005)
  • Kasubdit Analisis Statistik BPS (2005-2010)
  • Direktur Analisis dan Pengembangan Statistik BPS (2010-2012)
  • Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS (2012-2016)
  • Kepala Badan Pusat Statistik (2016-sekarang)

*BERBAGAI SUMBER/LITBANG KORAN JAKARTA/AND

S-2

Baca Juga: