Singapura kini tengah berhadapan dengan gelombang ketiga Covid-19 karena lonjakan kasus positif yang mencapai 2.000 kasus per hari. Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo, menyebutkan ada beberapa alasan di balik masalah tersebut, salah satunya adalah masih banyak warga lanjut usia yang belum divaksin.

Pada dialog yang diadakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Selasa (28/9), Suryo mengatakan

jumlah penduduk yang banyak dalam rumah yang terhitung kecil ditengarai menjadi salah satu sebab para orang tua di Singapura lebih mudah tertular Covid-19.

"Singapura ini wilayahnya sangat kecil, kemudian di rumah itu juga, ukuran rumahnya kecil-kecil dan jumlah orangnya banyak, muncul kekhawatiran di setiap rumah tangga itu menulari orang tuanya," kata Suryo.

Selain itu, Suryo juga mengatakan para orang tua di Singapura merasa lebih aman dari Covid-19 karena mereka menganggap pandemi kemungkinan besar menjangkiti orang-orang yang selalu bepergian ke luar negeri, sehingga mereka tidak merasa perlu untuk divaksin.

"Kita tahu banyak orang tua di Singapura itu karena merasa tidak akan pernah bepergian ke luar negeri, jadi mereka tidak mau divaksinasi," lanjutnya.

Sama seperti mayoritas negara yang mengalami lonjakan kasus Covid-19, adanya penyebaran varian Delta juga turut menjadi salah satu alasan di balik lonjakan kasus di Singapura.

"Pengalaman dari Singapura, ketika varian baru (Delta) itu masuk, itu yang menjadi penyebab persoalan di Singapura, karena kasus impor di Singapura sebetulnya sangat rendah. Kasus penularan di dalam Singapura yang sangat tinggi," ujarnya.

Sebelumnya dikabarkan bahwa pemerintah Singapura melalui Menteri Keuangan, Lawrence Wong, mengatakan bahwa pihaknya sedang bersiap untuk menghadapi lonjakan kasus yang diprediksi bisa mencapai 5.000 kasus per hari.

"Skenarionya adalah kasus melonjak hingga 5.000 kasus baru sehari, atau mungkin lebih," kata Wong.

Wong, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Gugus Tugas Kementerian untuk Covid-19 juga mengatakan memang hanya 0,2 persen kasus yang memerlukan perawatan intensif di ICU. Namun Ia lebih memperhatikan keadaan 10 persen atau sekitar 500 pasien yang harus mendapatkan pemantauan dari rumah sakit.

Bukan tanpa alasan, jumlah 10 persen tersebut didominasi oleh pasien yang memiliki usia lanjut, bergejala serius, atau bahkan memiliki komorbid.

Baca Juga: