JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, menilai paradigma pembangunan terutama di sektor ekonomi harus berbasis inovasi atau innovation driven economy. Dengan dasar tersebut akan mampu membuat Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan rendah atau middle income trap.

"Indonesia harus menjadi innovation driven economy. Bangsa inovatif yang menguasai Iptek, mandiri, dan berdaya saing global," kata Bambang, dalam seminar bertema Membangun Inovasi di Era New Normal, di Jakarta, Senin (6/7).

Bambang menyebut selama ini Indonesia masih menerapkan resource driven economy atau bangsa dengan keterbatasan pengelolaan potensi Iptek dan inovasi. Penerapan konsep ekonomi tersebut lebih dominan memanfaatkan sumber daya alam saja, tanpa pengolahan dan intervensi teknologi yang berdampak pada peningkatan nilai tambah.

Daya Saing Global

Ia memaparkan kurangnya pelibatan inovasi dalam pembangunan berdampak pada rendahnya indeks daya saing global Indonesia. Berdasarkan data Global Index Report, indeks daya saing global Indonesia pada tahun 2019 berada di ranking 50 dengan skor 64,6. Sementara indeks inovasi global Indonesia pada tahun 2019 itu menempati posisi 85 dengan skor 29,8.

"Indonesia terendah kedua se-ASEAN kalau bicara indeks inovasi. Dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia, Indonesia masih membutuhkan dukungan kelembagaan, sumber daya manusia, dan kecanggihan bisnis," jelasnya.

Bambang menambahkan keuntungan sumber daya alam yang melimpah dan bonus demografi bisa diarahkan untuk memacu peningkatan kapasitas inovasi dengan pemanfaatan teknologi informasi. Pada masa revolusi industri 4.0 ini memungkinkan inovasi yang berbasis digital dan teknologi guna memberikan nilai tambah pada sumber daya alam dan meningkatkan kualitas hidup manusia. ν ruf/N-3 *

Baca Juga: