Banyak perempuan telah memberi pengaruh besar pada dunia, meski kadang kiprahnya diabaikan, bahkan terhapus. Mereka berjuang dalam ranah seni, politik, dan kepemimpinan. Mereka memberi inspirasi bagi generasi selanjutnya.

Pada momen Women's History Month yang jatuh pada 8 Maret setiap tahun, Live Science memilih beberapa nama perempuan revolusioner, politisi, dan aktivis berpengaruh. Mereka yang telah berjuang menggoreskan lukisan sejarah terlalu penting dilupakan.

Ruth Bader Ginsburg (1933-2020)

Saat Ruth Bader Ginsburg meninggal pada September 2020. Amerika Serikat (AS) merasa begitu kehilangan. Ia salah satu pendukung kesetaraan gender sepanjang karirnya sebagai pengacara, hakim, dan hakim asosiasi di Mahkamah Agung. Ia memiliki komitmen kuat terhadap prinsip keadilan setara di bawah hukum berhasil mengubah lanskap hukum di AS, khususnya bagi wanita.

Pendidikan Ginsburg dimulai di Harvard Law School. Di sana dia menjadi satu dari sembilan wanita dari 500 siswa. Ia kemudian pindah kuliah dan menyelesaikan pendidikan di Columbia Law School.

Dalam perjuangannya pada penghapusan diskriminasi gender bersama organisasi nirlaba American Civil Liberties Union, dia memperdebatkan enam kasus dan memenangkan lima kasus diantaranya di Mahkamah Agung.

Sepanjang karirnya, Ginsburg juga memperjuangkan kesetaraan wanita dalam finansial, pendidikan, hak sipil untuk imigran dan orang yang tidak berdokumen sertahak-hak penyandang disabilitas.

Harriet Tubman (1822-1913)

Dilahirkan dalam masa perbudakan, Harriet Tubman pernah menemukan kebebasannya ketika pergi sendirian naik kereta api bawah tanah. Ia berhasil membebaskan sekitar 300 budak pada tahun-tahun berikutnya.

Ketika Perang Sipil dimulai, dia mendukung kubu Union di bagian utara. Ia bekerja sebagai mata-mata dan perawat sebelum memimpin Combahee Ferry Raid yang berani. Tubman membebaskan lebih dari 700 orang yang diperbudak.

Di kemudian hari, dia menjadi suara terkemuka dalam gerakan abolisionis dan juga memperjuangkan hak pilih bagi perempuan. Ia membantu membentuk jalan dari perbudakan dan diskriminasi menuju keadilan di AS.

Emmeline Pankhurst (1858-1928)

"Kami di sini, bukan karena pelanggar hukum. Kami dalam upaya untuk menjadi pembuat hukum," sebuah kitipan abadi Emmeline Pankhurst dalam otobiografinya My Own Story. Ia sampai kini tercatat sebagai aktivis gerakan hak pilih wanita Inggris antara akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Sebagai pemimpin yang berkemauan keras, dia terlibat dalam Women's Franchise League. Dia lalu beralih ke Serikat Sosial dan Politik Wanita (WSPU), untuk memperjuangkan hak polotik wanita untuk terlibat dalam pemilu di Inggris Raya dengan cara apa pun. Moto gerakannya, "Perbuatan, bukan kata-kata."

Kelompoknya bahkan menggunakan cara vandalisme, protes dengan kekerasan, dan pembakaran sebagai sarana membawa perubahan sosial. Dalam pidatonya pada 1908, dia bahkan menyatakan perlu pembangkangan sipil untuk mendukung perjuangannya.

Pada 1928 yang menjadi tahun kematiannya, wanita Inggris yang telah berumur 21 tahun itu, akhirnya diberikan hak untuk memilih. Umur tersebut sama dengan persyaratan memilih pada pria.

Ratu Dowager Cixi (1835-1908)

Dilahirkan 1835 pada masa Dinasti Qing, di Tiongkok, Cixi adalah putri seorang pejabat berpangkat rendah tapi menerima pendidikan yang memadai. Ia juga banyak membaca dan menulis. Pada 1851, menjadi salah satu selir Kaisar Xianfeng, sebuah kehormatan besar bagi wanita saat itu.

Kecapakan Cixi yang melampaui selir-selir lain membuatnya cukup istimewa di mata kaisar. Ketika kaisar meninggal, putra Cixi diangkat menjadi kaisar baru. Meski anaknya berkuasa, dia secara tidak resmi menjadi pemegang kendali kekaisaran sampai kematiannya pada 1908.

Rosa Park (1913-2005)

Pada 1950-an, masyarakat AS dipisahkan antara warga kulit hitam dan kulit putih, termasuk pada layanan transportasi umum. Pada 1 Desember 1955, Rosa Parks menolak menyerahkan kursinya kepada penumpang kulit putih di bus di Montgomery, Alabama. Tindakan ini membuatnya ditangkap.

Sebagai tanggapan, Park memobilisasi Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Berwarna (NAACP). Mereka memboikot bus dan menarik perhatian nasional ke undang-undang segregasi atau pemisahan kelompok, suku, ras yang tidak manusiawi wilayah selatan.

Ia berhasil menentang segregasi di pengadilan melalui pembangkangan yang memicu gerakan sipil. Menurut National Women's History Museum, aktivisnya terus berlanjut di Detroit bagian utara AS. Hal ini menambah warisannya dari perang melawan ketidakadilan dan diskriminasi.

Frida Kahlo (1907-1954)

Meskipun akhirnya menjadi seniwati terkenal pada abad ke-20, Frida Kahlo menghabiskan sebagian besar masa mudanya di tempat tidur dengan rasa sakit yang menyiksa. Dia mengidap polio di usia muda dan terlibat dalam kecelakaan bus yang mengerikan ketika baru berusia 18 tahun.

Pada masa pemulihan dari sakit yang lama itulah Kahlo menemukan kecintaannya pada seni lukis. Ia mengembangkan gaya lukisan potret diri yang unik yang kemudian dikenal di seluruh dunia. Beberapa orang berpendapat, Kahlo membentuk dunia seni warna kontemporer, membawa kepribadian, dan politik melalui potret diri.

Dalam artikelnya Aztec Imagery in Frida Kahlo's Paintings, yang diterbitkan pada 1990 di Woman's Art Journal, sejarawan Janice Helland menjelaskan, "Saat Kahlo mencari akarnya sendiri, dia juga menyuarakan kepeduliannya terhadap negaranya. Dia berjuang untuk identitas budaya independen. Hidupnya dan bahkan kematiannya bersifat politis."

Kamala Harris

(1964-Sekarang)

Pada 2021, Kamala Harris menorehkan sejarah bagi AS. Perempuan ini menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat wanita pertama. Dia juga wakil presiden kulit hitam pertama. Dia pun orang AS keturunan Asia pertama yang memegang jabatan tertinggi kedua di negara itu.

Harris merupakan putri imigran Jamaika dan India. Dia tumbuh selama era hak-hak sipil pada 1960-an. Sebagai seorang pengacara, Harris mengkhususkan diri dalam penuntutan kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak. Ketika menjabat Jaksa Agung California dia berjuang penyelesaian penyitaan dan menentang pendidikan nirlaba predator. Ia juga memperjuangkan kesetaraan pernikahan, undang-undang perawatan terjangkau, dan lingkungan.

Karir polotiknya dimulai ketika mencalonkan diri sebagai anggota senat pada 2016. Ia tercatat sebagai orang Amerika keturunan India pertama dan satu-satunya, wanita kulit hitam kedua yang terpilih menjadi Senat.

Pada 2019 dia mencalonkan diri sebagai presiden dari Partai Demokrat dan setelah keluar, terpilih sebagai Cawapres Joe Biden. Mereka kemudian memenangkan pemilihan pada November 2020. Ini menjadikan Harris sebagai pejabat wanita terpilih dengan peringkat tertinggi dalam sejarah AS.

Maya Angelou (1928-2014)

Maya Angelou adalah seorang aktor, penari dan jurnalis. Dia dikenal sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sastra AS. Ia sempat tidak berbicara beberapa tahun karena pelecehan seksual dan trauma masa kecil. Tapi dia seolah menemukan suaranya kembali melalui tulisannya. Saat dewasa, dia terlibat dalam gerakan hak-hak sipil dan berteman dengan Malcolm X dan Martin Luther King Jr.

Terlepas dari pembunuhan Malcolm X dan King, yang masing-masing terjadi pada 1965 dan 1968, pada 1969 Angelou menerbitkan karyanya yang paling terkenal, I Know Why the Caged Bird Sings. Ini adalah otobiografi fiksinya menggambarkan pengalamannya sebagai wanita kulit hitam muda di AS.

Maria Wollstonecraft (1759-1797)

Ia dikenal sebagai perempuan yang hidup dalam kebebasan filosofis dan seorang feminis. Seabad setelah kematiannya, akhirnya diakui sebagai wanita yang memiliki tulisan moral dan politiknya bermutu. Ia masuk dalam jajaran sastrawan hebat. Buku pertama Wollstonecraft, A Vindication of the Rights of Men merupakan tanggapannya atas Revolusi Prancis.

Di dalamnya, dia menyangkal konsep monarki dan menyerukan negara republik. Dia juga frustrasi dengan penggambaran perempuan sebagai wadah pasif di dunia yang didominasi laki-laki. Itu dituangkan pada buku keduanya, A Vindication of the Rights of Woman, yang kemudian menjadi karyanya paling terkenal.

Gertrude Stein (1874-1946)

Stein dikenal sebagai penulis garda depan. Tulisannya merupakan pemberontakan melawan patriarki. Pengalamannya berkeliling Eropa lalu menetap di Paris bersama saudara laki-lakinya, Leo, memberi banyak masukan dalam tulisannya. Bersama Leo, dia mulai mengoleksi karya seni, khususnya karya seniman avant-garde kontemporer.

Stein tetap menjadi sosok yang kurang dikenal di luar dunia sastra dan seni hingga 1933, ketika dia menerbitkan sebuah buku berjudul The Autobiography of Alice B. Toklas. Alice B Toklas adalah pasangan hidupnya.

Bukan otobiografi yang sebenarnya, tulis Stein tentang bukunya itu. Namun demikian, popularitas buku tersebut membuat Stein menjadi terkenal di seluruh dunia.

Menurut The Poetry Foundation, Stein membantu membentuk gerakan artistik yang menuntut bentuk ekspresi baru dan pemutusan kesadaran dengan masa lalu.

hay/G-1

Baca Juga: