BEIJING - Keterlibatan para pemimpin militer dan tugas mereka yang paling penting dalam dekade mendatang adalah menghindari konflik fisik di Asia.

Demikian dikatakan Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen pada Forum Xiangshan Beijing ke-10, Selasa (31/10).

Apa yang disampaikan Ng ini merujuk pada perang yang sedang berlangsung di Eropa dan Timur Tengah, dan mengatakan interaksi antara pihak militer sangat penting untuk menghindari kesalahan perhitungan dan kecelakaan.

Dikutip dari The Straits Times, ia memperingatkan, konflik yang terjadi secara bersamaan di Asia, Eropa, dan Timur Tengah akan menjadi bencana besar bagi dunia.

"Konflik fisik di Asia, apa pun alasan dan pemicunya, akan sangat menghancurkan. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk menghindarinya," katanya kepada hadirin.

Forum Xiangshan adalah konferensi keamanan tingkat tinggi yang mirip dengan Dialog Shangri-La di Singapura. Acara ini dihadiri oleh para kepala pertahanan, akademisi, dan perwakilan dari organisasi internasional.

Pernyataan Ng muncul setelah pecahnya permusuhan antara Israel dan Hamas, yang telah menyebabkan meningkatnya ketegangan agama di negara-negara lain, selain perang di Ukraina.

Seruannya juga muncul ketika para pemimpin militer Amerika Serikat dan Tiongkok belum bertemu selama lebih dari setahun sejak Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mengunjungi Taiwan pada Agustus 2022, sebuah tindakan yang telah membuat marah Beijing.

Menambah Kerumitan

Perkembangan lain yang menambah kerumitan adalah Tiongkok belum menunjuk menteri pertahanan baru setelah Li Shangfu dicopot dari jabatannya pada 24 Oktober. Jenderal Li dilaporkan diselidiki karena korupsi. Di Tiongkok, menteri pertahanan memimpin hubungan diplomatik militer, seperti pertemuan dengan para pemimpin pertahanan asing.

"Saluran komunikasi terbuka seperti hotline dapat membuat perbedaan, terutama pada saat krisis," kata Ng pada sesi pleno bertajuk Arsitektur Keamanan Asia-Pasifik: Masa Kini dan Masa Depan itu.

Dia mencatat Singapura dan Tiongkok menandatangani perjanjian pada Juni 2023 untuk berupaya mewujudkan hubungan telepon pertahanan yang aman.

"AS dan Tiongkok telah membangun garis pertahanan bilateral yang serupa, dan harapannya adalah mereka akan menemukan kesepakatan untuk menggunakan garis pertahanan ini secara efektif," katanya.

Menurut Ng, meskipun skenario "G-2" di mana Amerika Serikat dan Tiongkok masing-masing mendominasi separuh dunia dalam pengaruh geopolitik adalah sebuah khayalan, dunia tidak akan menjadi lebih baik jika salah satu negara adidaya tersebut melemah.

"Kita membutuhkan AS dan Tiongkok yang kuat jika kita ingin mengatasi tantangan global secara efektif".

Yang dibutuhkan adalah komitmen politik dan kerja keras kedua negara untuk meningkatkan hubungan, katanya, seraya menambahkan bahwa perbedaan ideologi, politik, dan sistem nilai akan terus ada.

SB/ST/N-3

Baca Juga: