BANGKOK - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunan para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dimulai pada Jumat (18/11) di Bangkok. Dalam pertemuan itu, para pemimpin fokus membahas penanganan harga pangan dan energi yang melonjak akibat perang Russia-Ukraina.
Mereka juga membahas upaya untuk mewujudkan pertumbuhan kawasan Asia-Pasifik yang inklusif dan berkelanjutan. Selain itu, peluncuran rudal balistik antarbenua oleh Korea Utara, yang jatuh di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang, pada Jumat pagi, kemungkinan juga akan menarik perhatian para delegasi dari 21 negara anggota APEC.
Para pemimpin APEC diharapkan dapat mengatasi masalah perubahan iklim, serta memfasilitasi perdagangan dan investasi yang bebas, adil, dan berkelanjutan. Hingga berita ini diturunkan, belum ada kejelasan kemungkinan para pemimpin APEC dapat mengeluarkan sebuah deklarasi bersama pasca-KTT, mengingat adanya keretakan dalam forum terkait agresi Russia ke Ukraina.
Negara-negara Barat mengecam Russia, tetapi beberapa negara anggota, seperti Tiongkok, memilih tidak memberikan sanksi kepada Moskwa. Namun, di luar persoalan itu, para pemimpin APEC diharapkan menyepakati isu-isu seperti mempromosikan perdagangan dan investasi yang bebas dan adil.
Mereka juga diharapkan menemukan titik temu tentang pentingnya transisi ke energi bersih sambil pada saat yang bersamaan memastikan keamanan energi. Sehari sebelum pembukaan KTT APEC, para menteri dari 21 anggotanya menyambut baik Tujuan Bangkok, yakni dokumen hasil berisi strategi pertumbuhan kawasan pascapandemi Covid-19 yang diprakarsai oleh pemerintah Thailand yang berisi upaya untuk mengatasi masalah lingkungan dan iklim.
Pemulihan Ekonomi
Pemerintah Indonesia pun berharap semangat kerja sama dalam rangkaian pertemuan Presidensi G20 Indonesia dapat berlanjut di KTT APEC kali ini.
"APEC harus menjadi bagian dari upaya mendorong percepatan pemulihan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik," kata Presiden Jokowi dalam pidato pengantar saat melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Jacinda Ardern, di Bangkok, Thailand, Jumat (18/11).
Dari keterangan Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Jokowi dan Arden membahas tiga isu utama, yaitu penguatan kerja sama ekonomi, kerja sama transisi energi, dan penguatan kerja sama di kawasan Pasifik.
"Kita perlu dorong akses pasar bagi perdagangan kedua negara, khususnya pada komoditas pertanian, mineral, besi dan baja, dan plastik, serta kerja sama bidang pertanian dan sertifikasi halal," kata Jokowi.
Di bidang kerja sama transisi energi, Jokowi mengatakan RI terus memperkuat upaya transisi energi menggunakan energi baru dan terbarukan. "Saya mengundang pebisnis Selandia Baru untuk investasi pada pengembangan energi panas bumi di Indonesia," kata Presiden Jokowi.