Ajang kompetisi olahraga tingkat dunia merupakan wadah menaikkan derajat dan mengharumkan nama bangsa. "Jangan lupa, bicara olahraga kita bicara merah putih. Di olahraga, kita tidak terkotak-kotak, bicara merah putih, bicara harkat dan martabat bangsa sehingga harus mendapat dukungan seluruh masyarakat Indonesia karena olahraga salah satu pemersatu bangsa," ujar Ketua Umum KONI Pusat Marciono Norman baru-baru ini.

Karena itulah atlet adalah warga negara yang mendapat tugas membela Indonesia saat berhadapan dengan wakil negara lain. Prestasi yang diraih atlet di ajang internasional akan membuat mata dunia memandang Indonesia. 74 tahun Indonesia telah merdeka dan para atlet pun telah membela negara ini pada berbagai ajang Internasional. Bagi mereka, momen kemerdekaan adalah hal yang luar biasa. Berjuang di arena pertandingan bagi mereka tak ubahnya sama seperti bertarung melawan penjajah di medan pertempuran.

"Arti kemerdekaan buat saya adalah momen yang luar biasa. Yang pasti, kami juga walau tidak berjuang merebut kemerdekaan, setidaknya mempertahankan dan mengisinya walau hanya meraih medali perak di Olimpiade 2016. Ya, ini yang bisa kami lakukan sebagai putra bangsa, kami bisa mengharumkan nama negara," ujar atlet angkat besi Eko Yuli Irawan.

Lebih lanjut, lifter peraih medali perak kelas 62 kg Olimpiade 2016 itu berharap ada perhatian lebih bagi para atlet. "Sekarang atlet apakah sudah merdeka atau belum? Untuk bonus mungkin sudah lebih baik ada gebrakan baru, tinggal pembinaan dan persiapan-persiapannya. PB PABBSI sendiri masih membutuhkan dukungan vitamin, suplemen, ya memang dari Satlak Prima untuk akomodasi sudah naik dari sebelumnya. Tapi, dari segi vitamin dan suplemen itu belum. Sebagai cabang prioritas pun kami merasa belum sepenuhnya prioritas, buktinya seperti vitamin dan suplemen masih cari sendiri, tambah asupan daging, manajer cari sponsor sendiri. Kalau uji coba dan lain-lain sudah mulai dipenuhi. Mudah-mudahan tahun depan sudah lebih baik lagi," sambungnya.

Hal yang sama juga diungkap petinju nasional Daud 'Cino' Yordan. "Merdeka tentu sangat besar artinnya bagi kita bangsa Indonesia karena dengan merdeka maka kita terbebas dari segalanya. Tetapi, jika bicara atlet merasa sudah merdeka apa belum, kami masih sangat kurang mendapat perhatian dari pemerintah, masih jauhlah dari kesejahteran. Ke depan dengan HUT RI 17 Agustus harapannya agar pemerintah memperhatikan atlet-atlet yang berprestasi lagi," ujarnya.

Untuk penghargaan bagi atlet, tiga tahun lalu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, sempat melemparkan wacana soal gelar pahlawan nasional. "Memang belum ada pahlawan nasional Indonesia yang latar belakangnya atlet atau olah ragawan. Akan tetapi, olah raga punya cerita kepahlawanannya sendiri," ujar Imam saat itu.

Wacana itu kemudian terus bergulir pada 2016 pasca kemenangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir di final nomor ganda campuran bulu tangkis di ajang Olimpiade Rio 2016. Medali emas jadi kado spesial jelang perayaan HUT Proklamasi RI 2016.

Mereka layak disebut pahlawan karena mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Perjuangan di Asian Games 2018 lalu adalah salah satu contoh.

Tak hanya itu, pada puluhan tahun silam sejumlah mantan atlet faktanya juga melakukan hal serupa. Mantan kiper Timnas Indonesia, Maulwi Saelan misalnya. Bukan semata aksi tangguhnya di bawah mistar Timnas Indonesia, mantan ajudan Presiden Soekarno ini juga jadi berperan untuk perjuangan pendidikan di negeri ini, ia termasuk salah satu pendiri Taman Siswa Makassar.

Selain Saelan, ada juga Raden Maladi. Sama dengan Saelan, Maladi juga kiper tangguh untuk Timnas Indoensia. Maladi juga terlibat di revolusi fisik melawan Belanda. Maladi menjadi salah satu komandan dalam pertempuran empat hari di Solo pada Agustus 1949.

Sejumlah negara di dunia telah memberikan gelar pahlawan nasional untuk para atlet berprestasi mereka. Venezuela misalnya, atlet anggar mereka Ruben Limardo mendapat gelar pahlawan nasional usai menyumbang medali emas Olimpiade London 2012. Medali emas Limardo merupakan yang kedua bagi Venezuela. Emas pertama diraih petinju kelas terbang ringan, Francisco Rodriguez pada 1968 silam.

Lalu ada juga Brasil yang memberikan gelar pahlawan nasional kepada atlet mereka bernama Thiago Braz da Silva. Silva merupakan atlet lompat galah yang sukses meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016. Ini merupakan emas kedua bagi Brasil dari cabang atletik setelah paceklik selama 22 tahun. ben/S-2

Baca Juga: