SEOUL - Sejumlah besar ahli dari Russia telah memasuki Korea Utara untuk mendukung upaya peluncuran satelit mata-mata. Pyongyang telah melakukan lebih banyak uji mesin dari yang diperkirakan untuk memenuhi standar "tinggi" mereka.

Spekulasi terus berlanjut mengenai waktu peluncuran yang sangat dinantikan Korea Utara. Pada Desember lalu, Pyongyang berjanji akan menempatkan tiga satelit mata-mata militer di orbit tahun ini, sebulan setelah berhasil meluncurkan satelit mata-mata pertamanya.

Dilaporkan Yonhap, militer Korea Selatan pada Jumat (24/5) mengatakan telah mendeteksi tanda-tanda persiapan peluncuran baru setelah sebelumnya menyatakan tidak ada indikasi peluncuran dalam waktu dekat.

"Korea Utara telah melakukan uji coba mesin (roket) dengan sangat hati-hati, lebih dari yang diharapkan," kata pejabat itu kepada Kantor Berita Yonhap, Minggu (26/5). "Melihat aktivitas Korea Utara tahun lalu, seharusnya mereka sudah melakukan (peluncuran)."

Peluncuran satelit Malligyong-1 pada November lalu terjadi setelah dua upaya gagal yakni pada Mei dan Agustus.

Pejabat itu mengatakan banyak teknisi Russia telah memasuki Korea Utara setelah Presiden Vladimir Putin berjanji akan mendukung program satelit Korea Utara tahun lalu, dan mereka mungkin memiliki standar "tinggi", yang menyebabkan penundaan tersebut.

"Korea Utara mungkin cukup berani untuk melakukan peluncuran ketika mereka tidak mengetahui banyak hal, namun para ahli (Russia) kemungkinan besar mengatakan kepada mereka untuk tidak melakukannya," kata pejabat tersebut.

September lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bertemu Putin di sebuah pelabuhan antariksa di Timur Jauh Russia, di mana pemimpin Rusisa tersebut mengatakan akan membantu Korea Utara membangun satelit.

Dibandingkan dengan tahun lalu, Korea Utara kemungkinan akan menghadapi tekanan yang lebih besar untuk melakukan peluncuran yang sukses pada upaya berikutnya, kata pejabat tersebut, karena baik roket luar angkasa maupun satelitnya dikatakan mengalami masalah.

Roket luar angkasa tiga tahap milik Korea Utara mengalami masalah pada mesin tahap kedua dan ketiga, dan uji coba tersebut ditujukan untuk mengatasi masalah tersebut, dan mungkin mengarah pada perbaikan pada mesin.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-sik mengatakan kepada wartawan pada Februari lalu bahwa Malligyong-1 tampaknya mengorbit Bumi tanpa aktivitas, menunjukkan bahwa satelit tersebut tidak berfungsi dengan baik.

Militer Korea Selatan baru-baru ini memperkuat pemantauan terhadap Tongchang-ri di pantai barat laut Korea Utara, tempat lokasi peluncuran satelit berada, setelah mendeteksi tanda-tanda persiapan peluncuran.

Peralatan yang digunakan untuk mengukur dan menilai lintasan peluncuran roket luar angkasa dikatakan telah terdeteksi di lokasi tersebut, yang menunjukkan bahwa peluncuran Korea Utara akan segera dilakukan.

Dugaan persiapan tersebut dilakukan menjelang acara diplomatik besar yang melibatkan Korea Selatan, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa Korea Utara mungkin akan mengatur waktu peluncuran bertepatan dengan salah satu acara tersebut untuk memaksimalkan dampak politiknya.

Para pemimpin Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang bertemu dalam pertemuan puncak trilateral di Seoul pada hari Senin (27/5). Sementara para pemimpin pertahanan Korea Selatan, AS, dan Jepang akan mengadakan pembicaraan trilateral dalam forum keamanan di Singapura yang akan berlangsung mulai 31 Mei-2 Juni.

Korea Selatan, AS, dan negara-negara lain mengecam peluncuran roket ruang angkasa yang dilakukan Korea Utara, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap resolusi DK PBB yang melarang negara tersebut melakukan peluncuran apa pun yang menggunakan teknologi rudal balistik.

Baca Juga: