“Kami tidak sembarangan mengintegrasikan SPKU. Data yang ditampilkan dari alat pemantau kualitas udara yang memenuhi standar."

JAKARTA - Guna membantu pengamatan kondisi polusi, Jakarta kini memiliki 31 stasiun pemantau kualitas udara (SPKU). "Kami tidak sembarangan mengintegrasikan SPKU. Data yang ditampilkan dari alat pemantau kualitas udara yang memenuhi standar," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Asep Kuswanto, Jumat.

Menurutnya, saat ini Jakarta memiliki 31 titik SPKU. Ini bertambah cukup signifikan dari beberapa tahun lalu. Asep menuturkan, dari SPKU tersebut kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara.

Hal ini dibuat sebagai penyempurnaan sebelumnya dan sesuai dengan standar nasional. "Platform ini memudahkan publik untuk mengakses informasi," tuturnya. Semua bisa mengaksesnya melalui laman udara.jakarta.go.id menggunakan berbagai gawai.

Lebih jauh dia melanjutkan bahwa platform ini pertama di Indonesia yang mengintegrasikan data milik pemerintah dan nonpemerintah. Ini sebagai upaya untuk mewujudkan keterbukaan data kualitas udara Jakarta. Asep menjelaskan, laman ini menampilkan data dari 31 SPKU Jakarta. Ini mengintegrasikan data SPKU milik DLH, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.

"Ke depannya, jumlah stasiun dan data yang diintegrasikan akan terus bertambah," katanya.Terkait standar, Asep menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah Standar Nasional Indonesia (SNI). Ini seperti SNI 9178:2023 yang merupakan standar uji kinerja alat pemantauan kualitas udara yang menggunakan sensor berbiaya rendah.

Standar tersebut memastikan bahwa alat pemantau kualitas udara memenuhi kriteria yang diperlukan untuk menghasilkan data yang akurat dan konsisten.

Platform ini tidak hanya mengintegrasikan data dari berbagai sumber yang telah memenuhi SNI saja, namun juga mengacu Peraturan Menteri LHK Nomor 14 Tahun 2020 tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Ini sebagai indeks kualitas udara yang menjadi acuan secara nasional. Kemudian, platform juga menyediakan visualisasi data yang menarik dan mudah dipahami.

Ini contohnya, fitur peta interaktif, grafik, dan diagram yang membuat antarmuka platform lebih modern dan user-friendly. Terdapat pula fitur edukasi dan informasi terkait kualitas udara serta dampaknya terhadap kesehatan.

Nantinya warga Jakarta dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil saat kualitas udara memburuk. Kemudian, bentuk-bentuk intervensi yang diambil pemerintah dalam merespons kualitas udara tidak sehat, sangat tidak sehat, dan berbahaya.

Baca Juga: