Pulau Seram di Provinsi Maluku belum banyak didatangi karena keterbatasan akses transportasi. Padahal di sini memiliki pantai kelas dunia yang menawarkan pemandangan pantai berpasir putih dengan laut biru dan tebing kapur yang menjulang serta hutan hijau di taman nasional.

Tidak mudah memang untuk mencapai pantai yang diapit oleh dua desa yaitu Desa Seleman dan Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Pantai tersebut berlokasi di ujung barat Teluk Sawai yang masih terpencil.
Pantai Ora terjaga lantaran berada dalam kawasan Taman Nasional Manusela yang berada di dua desa itu. Menghadap Laut Seram, pemandangan alamnya masih asri dan lautnya juga bersih dari sampah-sampah plastik yang mencemari keindahan.
Saat berada di kawasan taman nasional itu, wisatawan dapat menjumpai keanekaragaman hayati. Untuk tumbuhan bisa dijumpai pohon Tancang (Bruguiera sexangula), Bakau (Rhizo acuminate), Ketapang (Terminalia catappa), dan Meranti (Shorea selanica).
Sementara untuk jenis burung diantaranya terdapat burung Kasturi Ternate (Lorius garrulus), Nuri Tengkuk Ungu/Nuri Kepala Hitam (Lorius domicella), Kakatua Seram (Cacatua moluccensis). Hal ini semacam "paket tambahan" bagi wisatawan yang berniat berlibur di pantai.
Perlu waktu libur yang panjang serta dana yang lebih banyak untuk bisa menikmati Pantai Ora. Dari Pulau Ambon, wisatawan perlu menyeberang menuju Maluku Tengah, lalu di Pulau Seram menggunakan kapal cepat dalam waktu sekitar 2 jam perjalanan.
Kemudian, dari Pelabuhan Masohi perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor akan memakan waktu hingga 3-4 jam perjalanan untuk mencapai Desa Saleman di Seram utara. Setelah sampai di desa terpencil itu, perjalanan harus dilanjutkan lagi dengan menggunakan kapal nelayan selama kurang lebih 15 menit, maka sampailah di Pantai Ora.
Perjalanan yang melelahkan dari Kota Ambon akan terbayar ketika sampai. Pantai berpasir putih dengan laut biru merupakan idaman setiap orang. Di kejauhan berdiri gagah pegunungan hijau dengan tebing kapur yang sebagian terlihat putih.
Tebing itu yang hampir di sepanjang Pantai Ora terbentuk dari proses tektonik. Tenaga endogen dari dalam Bumi mengangkat lantai laut dalam waktu jutaan tahun. Hasilnya sebuah kombinasi pantai berpasir putih dengan bukit hijau seperti di Kepulauan Phi Phi di Thailand.
Pemandangan Pantai Ora ini semakin sempurna karena dinikmati dari resor ala Maladewa yang dibangun di atas air seperti bangunan terapung. Sebuah tempat sempurna menyepi bagai mereka yang ingin menjauh dari rutinas. Untuk pasangan bulan madu, tempat ini menyediakan privasi yang bebas gangguan.
Pantai ini cocok bagi para pelancong backpacker yang menyenangi berkemah di alam terbuka area pantai ini. Khusus di wilayah pinggiran pantai yang dekat dengan tebing, mereka dapat mendirikan tenda dan bermalam di sana.
Di pantai itu berdiri beberapa resor seperti Ora Beach Resort, Oracave Eco-Lodge, dan Kakatua Bungalow. Namun bila kita ingin menginap di tempat lain, ada beberapa alternatif seperti tinggal di Desa Sawai maupun Saleman yang terletak tidak jauh dari pantai Ora.

Terumbu Karang Cantik
Resor-resor tersebut berdiri di laut yang dangkal dengan biota laut berupa ratusan ribu terumbu. Terumbu karang beserta penghuninya terlihat jelas dari atas permukaan air. Jika masih penasaran dapat dilanjutkan dengan menyelam atau snorkeling.
Karang-karang beragam bentuk dengan warna-warna yang cantik akan menyapa. Jika ingin agak ke tengah pada wilayah yang agak dalam, pemandu akan membantu untuk melakukan penyelaman. Dengan begitu terumbu karang dan penghuninya yang dapat dijumpai menjadi semakin beragam.
Kini Pantai Ora merupakan satu tujuan wisata alam di Maluku. Pantai ini telah menarik minat banyak wisatawan baik dalam maupun luar negeri karena sering disandingkan dengan Pantai Boracay di Filipina atau Pantai Bora-Bora di Polinesia Prancis.
Meski relatif baru terkenal sebagai tujuan wisata, namun kegiatan wisata di Pantai Ora dan sekitarnya tercatat telah menyedot sekitar 500 wisatawan setiap tahunnya dan terus bertambah. Wisatawan luar negeri terbanyak tercatat berasal dari Belanda, Amerika Serikat, dan Jepang. hay/I-1

Keragaman Hayati Taman Nasional Manusela

Pantai Ora yang berada Taman Nasional Manusela dan dekat dengan desa adat Desa Saleman. Desa ini berpenduduk sekitar 700 jiwa. Sistem pemerintahannya masih mengikuti adat, dimana pemimpin mereka disebut "raja," dan desa disebut dengan "negeri."
Masyarakat memiliki raja bernama Raja Ali Arsyad Makatita. Dalam struktur pemerintahan resmi, raja disetarakan dengan kepala desa. Di Maluku, konsep pemerintahan sejauh ini diselaraskan dengan hukum adat. Hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi orang luar daerah.
Sambil menyelami kehidupan masyarakat desa pelancong dapat menikmati berbagai kuliner lokal. Salah satu makanan pokok masyarakat berupa sagu menjadi kuliner yang bisa dicoba. Makanan ini dikombinasikan dengan makanan laut seperti ikan bakar, udang bakar, dan olahan kerang.
Menjelajahi alam di bawah permukaan air laut sudah pasti menjadi aktivitas wajib. Namun Pantai Ora juga menawarkan pemandangan alam hutan Taman Nasional Manusela yang kaya keragaman hayati. Apalagi letaknya hanya di belakang pantai sehingga dengan mudah bisa dijelajahi.
Taman Nasional Manusela merupakan taman nasional dengan spesies burung yang variatif. Diketahui bahwa di taman nasional ini terdapat 117 spesies burung, 14 diantaranya merupakan spesies endemik seperti Nuri Bayan, Kakatua Maluku, dan lainnya.
Bagi yang tidak ingin menjelajahi hutannya, alternatif menikmatinya dari sisi pantai. Wisatawan bisa menyewa perahu untuk melihat pemandangan hutan yang masih asri dalam tepi pantai. Dari sini akan dijumpai banyak pepohonan khas dan juga hewan endemik.
Di Pantai Ora pilihan bagi mereka yang tidak ingin menginap di resor yang perlu biasa mahal adalah dengan mendirikan tenda di pinggir pantai di dekat tebing kapur. Sensasi bermalam di atas pasir putih pada alam bertabur bintang adalah sensasi yang ditawarkan.
Salah satu cara untuk mendapatkan foto menarik adalah mengunjungi Tebing Hatupia, yakni sebuah tebing batu yang menjulang tinggi. Jarak dari resort hanya sekitar 10 menit saja, dengan menggunakan speedboat. Di tempat ini biasanya juga menjadi tempat bagi wisatawan untuk snorkeling atau bersantai di dermaga sederhana dengan latar yang sangat eksotis.
Tidak jauh dari Tebing Hatupia terdapat Goa Laut. Wisatawan dapat mengeksplor keindahan dari Goa Laut dengan cara berenang. Perlu berhati-hati karena lokasinya cukup sempit dengan laut yang cukup dalam. Tempat yang menantang ini cocok bagi yang mahir berenang berenang dan memiliki jiwa petualang yang tinggi.
Pelayaran dengan perahu dapat dilanjutkan dengan mengelilingi pulau-pulau di sekitar Pantai Ora. Totalnya ada 6 pulau di seberang pantai yaitu Pulau Sawai, Pulau Raja, Pulau Kelelawar, Pulau Tujuh, Pulau Tengah, dan Pulau Sapalewa. hay/I-1

Baca Juga: